Thursday, July 24, 2008

KENTANG





Family Solanaceae


Deskripsi

Kentang merupakan tanaman dikotil yang bersifat semusim dan berbentuk semak/herba. Batangnya yang berada di atas permukaan tanah ada yang berwarna hijau, kemerah-merahan, atau ungu tua. Akan tetapi, warna batang ini juga dipengaruhi oleh umur tanaman dan keadaan lingkungan. Pada kesuburan tanah yang lebih baik atau lebih kering, biasanya warna batang tanaman yang lebih tua akan lebih menyolok. Bagian bawah batangnya bisa berkayu. Sedangkan batang tanaman muda tidak berkayu sehingga tidak terlalu kuat dan mudah roboh.

Manfaat

Kentang sangat digemari hampir semua orang. Bahkan di beberapa daerah, ada yang menjadikannya makanan pokok. Selain itu, kentang juga banyak mengandung vitamin B, vitamin C, dan sejumlah vitamin A. Sebagai sumber karbohidrat yang penting, di Indonesia, kentang masih dianggap sebagai sayuran yang mewah.

Nutrisi, Nilai per 100 gram porsi makanan

Air, 83.29 g
Energi, 58 kcal
Energi, 243 kj
Protein, 2.57 g
Total Lemak, 0.1 g
Karbohidrat, 12.44 g
Serat, 2.5 g
Ampas, 1.61 g

Mineral

Kalsium, Ca, 30 mg
Besi, Fe, 3.24 mg
Magnesium, Mg, 23 mg
Phospor, P, 38 mg
Potassium, K, 413 mg
Sodium, Na, 10 mg
Seng, Zn, 0.35 mg
Tembaga, Cu, 0.423 mg
Mangan, Mn, 0.602 mg
Selenium, Se, 0.3 mcg

Vitamin

Vitamin C, asam ascorbic, 11.4 mg
Thiamin, 0.021 mg
Riboflavin, 0.038 mg
Niacin, 1.033 mg
Asam Pantothenic, 0.302 mg
Vitamin B-6, 0.239 mg
Folate, 17.3 mcg
Vitamin B-12, 0 mcg
Vitamin A, 0 IU
Vitamin A, RE, 0 mcg_RE

Lemak

Asam Lemak Jenuh, saturated, 0.026 g
10:0, 0.001 g
12:0, 0.003 g
14:0, 0.001 g
16:0, 0.016 g
18:0, 0.004 g
Asam Lemak Tak Jenuh, monounsaturated, 0.g
16:1, 0.001 g
18:1, 0.001 g
Asam Lemak Tak Jenuh, polyunsaturated, 0.043 g
18:2, 0.032 g
18:3, 0.010 g
Kolesterol, 0 mg

Syarat Tumbuh

Kentang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik bila ditanam pada kondisi lingkungan yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya. Keadaan iklim dan tanah merupakan hal penting yang perlu diperhatikan, di samping faktor penunjang lainnya. Kentang dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi antara 500-3.000 m dpl. Dan, yang terbaik adalah pada ketinggian 1.300 m dpl dengan suhu relatif sekitar 20°C. Selain, itu daerah dengan curah hujan 200-300 mm setiap bulan atau 1.000 mm selama masa pertumbuhan kentang merupakan daerah yang baik untuk pertumbuhan kentang. Tanah yang baik untuk kentang adalah tanah yang subur, dalam, drainase baik, dan pH antara 5-6,5. Pada tanah yang pHnya rendah, akan dihasilkan kentang yang mutunya jelek.

Pedoman Budidaya

Kentang dikembangbiakkan dengan umbi. Umbi yang baik untuk ditanam adalah umbi yang telah bertunas sehingga perlu diadakan penunasan. Penunasan berarti menumbuhkan sejumlah tunas yang sehat dari umbi bibit beberapa minggu sebelum ditanam sehingga diperoleh tanaman yang seragam. Penunasan dilakukan sekitar 2 bulan menjelang tanam pada rak-rak penumbuh berukuran 60 x 40 x 10 cm dengan kaki 7,5 cm. Rak-rak penumbuh ini disusun bertingkat. Banyaknya rak tergantung dari umbi yang akan ditunaskan. Rak itu diletakkan di tempat yang tidak langsung kena sinar matahari. Apabila menggunakan sinar matahari langsung, suhu tidak boleh terlampau tinggi. Dan, setelah tunas-tunas kecil keluar, bibit harus dipindahkan ke tempat yang lebih dingin (6-12° C). Untuk setiap hektar, kentang varietas Granola, membutuhkan 1.500-2.000 kg bibit. Sambil menunggu umbi bertunas, dilakukan pengolahan tanah. Tanah dibajak atau dicangkul, kemudian diistirahatkan selama 1-2 minggu untuk memperbaiki keadaan tata udara tanah. Selanjutnya tanah diratakan, diikuti dengan pembersihan rerumputan liar. Setelah itu pada tanah itu dibuatkan garitan-garitan sedalam 5- 10 cm. Jarak antargaritan biasanya disesuaikan dengan jarak tanam yang akan digunakan. Sedangkan jarak tanam yang digunakan tergantung pada jenis kentang yang akan diusahakan. Penanaman dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk dasar berupa pupuk kandang. Untuk setiap hektar, diperlukan sekitar 20 ton pupuk kandang, 500 kg Urea, 300 kg TSP, dan 200 kg KCI. Pupuk ini diletakkan di antara umbi-umbi di dalam garitan yang selanjutnya ditimbun dengan tanah. Bibit kentang akan tumbuh di atas tanah ± 10 hari kemudian.

Pemeliharaan

Setelah tanaman berumur sebulan, tanaman mulai didangir dan dibumbun. Pembumbunan ini penting untuk mencegah agar umbi kentang yang terbentuk tidak terkena sinar matahari.

Hama dan Penyakit

Hama yang sering menyerang tanaman kentang antara lain sebagai berikut. Aphids atau kutu daun Aphids (Myzus persicae Sulz., Aphis gossypii Glov., dan A. spiraecola Patch.) ini dapat menularkan penyakit yang disebabkan oleh virus. Pengendaliannya dapat dengan menggunakan insektisida sistemik seperti Furadan 3 G (80 kg/ha), atau dengan Desis 2,5 EC (0,04%), Tamaran 200 LC (0,2 %), dan Hostatron 40 EC (0,2 %). Wereng kentang Wereng kentang (Empoasca fabae Harr.) dapat menyebabkan kerusakan pada daun kentang. Selain itu, sambil memakan daun hama ini menyuntikkan zat beracun hytotoximia sehingga menimbulkan kerusakan pada daun seperti terbakar. Yang biasa menyerang kentang adalah nimfa dan serangga dewasa. Serangga dewasa berwarna hijau kekuning-kuningan dan panjangnya 2,35-2,65 mm. Pengendaliannya sama seperti pada aphids. Thrips Thrips (Thrips palmy Karny) adalah hama yang kecil sekali, sulit dilihat dengan mata telanjang. Hama ini berkembang biak secara partenogenesis (telur dapat menetas tanpa dibuahi). Thrips menimbulkan kerusakan karena ia mengisap cairan daun sehingga warna daun berubah menjadi keperakan. Serangan yang berat dapat terjadi pada cuaca kering dan dapat mengakibatkan semua daun mengering lalu mati. Pemberantasannya dapat dengan meng- gunakan Orthene 75 SP (0,1 %), Tamaron 200 LC (0,2 %), atau Bayrusi1250 EC (0,2 %). Kumbang kentang Larva dan serangga dewasa kumbang kentang (Ephilachna sparsa forma vigintioctopunctata Boisd.) memakan jaringan daun sehingga yang tinggal hanyalah tulang-tulang daun dan lapisan epidermis. Serangga dewasa panjangnya sekitar 1 cm, berwarna merah, dan berbintik-bintik hitam. Pemberantasannya sama seperti hama thrips. Penggerek umbi kentang Penggerek umbi kentang (Phthorimaea operculella Zell.) merusak umbi kentang di dalam gudang dan memakan daun kentang di lapangan. Gejala serangannya adalah daun berwarna merah tua dan tampak adanya jalinan seperti benang yang membungkus ulat kecil berwarna kelabu. Biasanya daun menggulung karena larvanya bersembunyi di dalamnya. Sedangkan gejala serangan pada umbi di dalam gudang adalah tampak adanya kotoran yang berwarna cokelat tua pada kulit umbi. Apabila umbi dibelah, akan tampak lubang-lubang atau alur-alur. Pemberantasannya di lapanb an adalah dengan menyemprotkan Tamaron 200 LC (0,2010) atau Orthene 75 SP (0,1 %). Sedangkan pemberantasannya di gudang adalah dengan menggunakan Sevin 5 D sebanyak 1,5 kg/ton kentang, atau dengan menaburkan serbuk daun Lantana camara yang telah dikeringkan setebal 2 cm pada umbi kentang. Penyakit Penyakit yang sering menyerang pertanaman kentang antara lain sebagai berikut. Bercak kering Gejala serangannya adalah mula-mula tampak berupa bercak kecil pada daun-daun bawah, kemudian berkembang. Bercak ini berwarna cokelat dengan tanda khas berupa lingkaran-lingkaran. Serangan dapat dijumpai pada tangkai daun, batang, bahkan umbi. Pada tangkai daun dan batang, gejala serangannya berupa bercak cokelat yang memanjang. Sedangkan pada umbi, bercaknya agak melekuk, pinggirannya menonjol bulat, dan dalamnya sekitar 0,3 cm. Penyebab penyakit ini adalah jamur Altenaria solani. Penyakit ini dapat dicegah dengan Dithane M-45, Blitox-50, dan Antracol. Busuk daun Gejala serangan tampak dengan adanya bercak basah bertepi tidak teratur pada tepi daun atau tengahnya. Bercak ini kemudian melebar dan terbentuklah daerah nekrotik berwarna cokelat. Di sekitar daerah itu, terdapat bagian yang berwarna hijau kelabu yang dihasilkan oleh massa sporangium yang tampak berwarna putih. Serangan juga dapat terjadi pada tangkai daun atau tangkai anak daun dengan warna cokelat, melingkar, agak mengendap, dan dapat menimbulkan defoliasi. Penyakit busuk daun ini disebabkan oleh Phytophthora infestans, yang umumnya dijumpai pada tanaman kentang yang berumur 5-6 minggu ke atas. Untuk pengendaliannya sebaiknya kita menggunakan varietas yang tahan atau penggunaan fungisida yang telah diizinkan pemakaiannnya. Penyakit tanaman kentang lainnya adalah penyakit layu fusarium, kanker batang, dan penyakit kudis.

Panen dan Pasca Panen

Umur panen kentang berbeda menurut jenisnya, tetapi umumnya dipanen saat berumur 3-4 bulan setelah tanam. Setelah panen, sebaiknya kentang dipungut seminggu setelah daun dan ujung batangnya kering. Bila belum kering, mutu umbinya akan rendah dan kulitnya akan lecet sehingga tidak bisa dijadikan bibit. Penggalian untuk memungut umbi harus berhati-hati jangan sampai umbinya terluka kena cangkul atau alat penggali lainnya.

Sumber : http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php?mnu=2&id=1
http://www.asiamaya.com/nutrients/kentang.htm

Thursday, July 17, 2008

Budidaya Tomat




Minggu, 29 April 2007 22:56:37

Tomat adalah salah satu jenis sayuran yang banyak digemari masyarakat karena rasanya yang enak dan segar serta sebagai sumber vitamin. Hal ini penting untuk kebutuhan rumahtangga. Selain untuk konsumsi segar sebagai buah meja, juga dapat dijadikan sari buah tomat untuk minuman segar dan sauce tomat untuk bumbu masak.

Dengan laju pertumbuhan penduduk yang pesat, maka kebutuhan akan buah tomat meningkat, sehingga ada peluang yang besar untuk mengembangkan komoditi tomat sekaligus meningkatkan produksi tomat.


JENIS-JENIS TOMAT:

- Tomat biasa (lycopersicum commune) buahnya bulat pipih, lunak, bentuknya tidak teratur.
- Tomat Apel (Lycopersicum pyriforme) buah bulat, kuat dan sedikit keras seperti buah apel, tumbuh baik di dataran tinggi
- Tomat kentang (Lycopersicum grandifolium) buah bulat, padat, lebih besar dari tomat apel, daun lebar agak rimbun.

Sedangkan varietas tomat yang sekarang sedang dikembangkan adalah varietas Berlian, Ratna dan Intan.


SYARAT TUMBUH:

- Dapat tumbuh didataran rendah dan tinggi
- Waktu tanam yang baik 2 bulan sebelum musim hujan berakhir (awal musim kemarau)
- Tanah gembur, kaya humus dan subur
- Drainase baik dan tidak menggenang PH sekitar 5-6
- Curah hujan optimal 100-220 mm/ hujan
- Temperatur optimum 100-200 C (malam hari), 200-300 C (siang hari)

TEKNOLOGI BENIH

BENIH:

Diperbanyak secara generatif (biji)
Kebutuhan benih tergantung pada varietas dan jarak tanam, namun berkisar antara 150-300 gram/ha.

PERSEMAIAN:

Media pesemaian dibuat dari campuran tanah kompos dan pupuk kandang (1:1:1)
Pesemaian diberi atap/naungan yang menghadap ketimur
Setelah umur 2 minggu dibumbun/dioker dengan media campuran tanah, pupuk kandang dan kompos (2:1:1), agar tanaman kuat sebelum ditanam dilapangan
Pada umur 4-6 minggu bibit siap ditanam di kebun.

PENGOLAHAN TANANAH DAN PENANAMAN:

Tanah diolah dan dibentuk bedengan-bedengan arah timur - barat dengan ukuran lebar 2-3 meter, panjang sesuai petakan, tinggi bedengan 30-40 cm dan jarak antar bedengan 20-30 cm.
Bibit dipilih yang besar, seragam dan kokoh pertumbuhannya.
Jarak tanam 50 x 70 cm atau 70 x 80 cm tergantung varietasnya.

PEMUPUKAN:

Pupuk dasar diberikan saat tanam terdiri dari 100 kg TSP, 50 KCL dan pupuk kandang 15 ton/ha.
Pupuk susulan I diberikan 14 HST : 75 kg urea.
Pupuk susulan II diberikan 35 HST : 75 kg urea.

PEMELIHARAAN:

Penyiraman dilakukan setiap hari.
Pada saat berbunga penyiraman 2 hari sekali hingga saat berbuah.
Penyiangan/pendangiran dilakukan setelah pemupukan atau tergantung pada pertumbuhan gulma.
3-4 minggu setelah tanam diberi ajir/lanjaran untuk menopang agar tanaman tidak roboh kelak sesudah dewasa dan menghasilkan buah.
Pemangkasan dilakukan setelah umur 4-6 minggu agar buah yang dihasilkan tidak kerdil dan masaknya tidak terlambat.
Untuk mengurangi pertumbuhan gulma dan menjaga kelembaban tanah maka diberi mulsa jerami atau plastik.

HAMA & PENYAKIT

HAMA:

1. Heliothis armigera
Buah yang diserang menjadi busuk dan rontok, juga menyerang pucuk cabang
2. Agrotis epsilon
Larva menyerang jaringan daun sehingga daun tinggal rangkanya
3. Thrips spp
Daun bergaris kecil berwarna perak dan layu.

PENYAKIT:

1. Phytoptora infestans
Gejalanya terdapat bercak daun pada ujung dan pinggir daun sebelah bawah yang meluas keseluruh daun.
2. Fusarium oxysporum
Tulang daun menguning dan tangkai merunduk, tanaman kerdil, buah terbentuk tetapi kecil-kecil.
3. Pseudomonas solanacearum
Kelayuan dimulai dari bagian pucuk dan selanjutnya merambat keseluruh bagian tanaman, batang menjadi lembek.

Pengendalian hama dapat dilakukan dengan mempergunakan insektisida misal: Basudin 60 EC, Hostathion 40 EC dll. Dengan dosis 1,5 - 2 liter/ha. Sedangkan untuk penyakit dapat digunakan fungisida: Benlate, Folirfos 400 EC dengan dosis 1,5 - 2 liter/ha.

PANEN & PASCA PANEN

PANEN:

Buah pertama dapat dipanen setelah umur 3 bulan
Waktu panen buah jangan terlalu masak agar dapat disimpan lama/untuk dikirim jauh
Hasil dapat mencapai 200-250 kw/ha

PASCA PANEN:

Tomat adalah jenis sayuran yang cepat rusak sehingga perlu perlakuan-perlakuan:
- Dipetik pada umur yang cukup
- Disimpan ditempat dingin dan lembab
- Hindari terjadinya luka pada buah
Sebagai wadah dalam pengangkatan dapat digunakan keranjang yang dilapisi kertas atau plastik
- Tomat dapat diolah untuk dipasarkan sebagai sauce tomat, sari buah dan minuman segar es juice dll.

(Source: Departemen Pertanian)
dikutip dari : http://www.bijiku.com/news.php?action=detail&id=7


Senyawa Mikro Dan anorganik Kultur Jaringan

PADA 1965 ketika George Morel, seorang botanis Prancis, sedang melakukan percobaan untuk mendapatkan tanaman anggrek bebas virus, ia menemukan bahwa dengan cara mikropropagasi, tunas sepanjang 1 (satu) milimeter dapat dikembangkan menjadi tanaman lengkap. Cara ini dimulai dengan teknik kultur jaringan atau mikropropagasi.
Pada 1970, teknologi ini dikembangkan secara komersial di sejumlah negara maju. Teknik ini meluas di dunia pada 1980. Pada awalnya teknik ini digunakan pada tanaman hias dan bunga potong untuk diekspor. Dan selama bertahun-tahun, teknik ini hanya berkembang pada skala laboratorium dan pada umumnya diminati oleh kalangan akademisi.
Tetapi di sejumlah negara berkembang, karena kebutuhan biomasa dan kebutuhan energi semakin meningkat, diperlukan kemungkinan perbanyakan massal bibit tanaman dengan teknik kultur jaringan . Dan di abad ke-21 ini, di negara mana pun sudah umum dilakukan penyemaian bibit tanaman dengan teknik yang cukup populer ini.
Definisi kultur jaringan tanaman adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sekelompok sel, jaringan dan organ yang menumbuhkannya dengan kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali. (NETTY WIDYASTUTI)

Senyawa Mikro:

Besarnya konsentrasi senyawa mikro yang digunakan sangat kecil yaitu berukuran mikromolar, antara lain: besi (Fe), mangan (Mn), boron (Bo), tembaga (Cu), seng (Zn), Iodine (I), molybdenum (Mo), cobalt (Co). Unsur-unsur tersebut adalah merupakan komponen protein sel tanaman yang penting dalam proses metabolisme dan proses fisiologi.

Penggunaan unsur mikro awalnya dilakukan oleh Knudson pada tahun 1922, dengan menambahkan Fe dan Mn dalam media kultur untuk perkecambahan anggrek, yang ternyata hasilnya sangat baik. Barthelot, Gautheret, dan Nobecourt pada tahun 1934-1939, menyarankan penggunaan Cu, Co, Ni, Ti dan Bo dalam media kultur. Hildebrant dan kawan-kawannya pada tahun 1946, menyatakan kebutuhan Bo, Mn, Zn dan Fe yang optimum, untuk pertumbuhan kalus tanaman tembakau dan bunga matahari,sedangkan penggunaan Mo diperkenalkan oleh Buerk Holder dan Nickel. Percobaan Heller tahun 1953 membuktikan pentingnya penggunaan unsur Fe, Bo, Mn, Zn, dan Cu dalam media kultur wortel yang ditumbuhkan pada media Gautheret, Heler. Zn sangat diperlukan untuk pertumbuhan akar tomat yang normal (Eltinge & Reed, 1940 dalam George & Sherrington, 1984), sedangkan tanpa Cu, pertumbuhan terhenti sama sekali seperti yang diulas oleh Glasstone pada tahun 1947 (George & Sherringtone, 1984).

Sewanya Mangan (Mn) diperlukan dalam kultur kotiledon selada untuk memacu pertumbuhan jumlah pucuk yang dihasilkan. Mn dalam level yang tinggi dapat mengsubstitusikan Mo dalam kultur akar tomat. Mn dapat menggantikan fungsi Mg dalam beberapa sistem enzym tertentu seperti yang dibuktikan oleh Hewith pada tahun 1948.

Kekurangan Boron mengurangi laju pertumbuhan kultur sel tebu, bunga matahari, dan wortel. Sebaliknya konsentrasi lebih tinggi dari 2 mg/l, dapat berubah sisatnya menjadi racun dalam media kultur. Dalam beberapa species, ternyata terdapat interaksi antara Bo dan auksin dalam pengaturan pengakaran pada percobaan setek.

Unsur seng, Alumunium, dan Nikel, tidak banyak dipelajari efeknya terhadap pertumbuhan kultur. Untuk seng, diketahui bahwa unsur ini dibutuhkan dalam sintesa tryptophan, sedangkan untuk Al dan Ni belum ada bukti-bukti yang cukup yang menyatakan bahwa unsur-unsur tersebut terlibat dalam metabolisme penting dalam sel. Unsur Al dan Ni jarang ditambahkan dalam formulasi media, hanya Heller dan beberapa peneliti lain yang menambahkan. Penambahan Al dan Ni pada kultur meristem Prunus, tidak mempunyai pengaruh apa-apa.

Iodine juga merupakan unsur yang tidak diketahui kontribusinya dalam kultur jaringan tanaman, 65% dari komposisi media yang dikembangkan, menambahkan unsur ini. Penambahan ini dilakukan setelah white menyatakan bahwa Iodine dapat memperbaiki pertumbuhan akar tomat yang dikultur in vitro. Dalam media Eeuwens yang dikembangkan pada tahun 1976 untuk kelapa, iodine yang ditambahkan 0.05 mM; nilai ini 10 kali lebih tinggi dari level yang terdapat dalam komposisi MS.



Fungsi Unsur-unsur Anorganik:
1. Kalium (K) berperan dalam sintesa protein, penggerak beberapa enzim, membuka dan menutupnya stomata.
2. Kalsium (Ca) sebagai penyusun struktur dinding sel, cofactor enzim, permeabilitas sel, komponen dari kalmodulin.
3. Fosfor (P) sebagai penyusun ATP, asam nukleat, coenzim dan fosfolipid.
4. Magnesium (Mg) penyusun molekul klorofil, membantu aktifitas enzim.
5. Mangan (Mn) mengatur oksidasi auksin, sebagai aktifator enzim.
6. Sulfur (S) sebagai penyusun beberapa asam amino, protein dan coenzim A.
7. Besi (Fe) berperan dalam sintesa klorofil, cytokrom.
8. Clorine (Cl) berperan dalam proses osmosis dan kesetimbangan ion.
9. Tembaga (Cu) berperan dalam cofactor enzim.
10. Zinc (Zn) berperan menahan oksidasi auksin, berguna dalam sintesa triptofan dan sebagai aktifator enzim.
11. Boron (Bo) berperan mempengaruhi penggunaan kalsium.
12. Cobalt (Co) diperlukan oleh organisme dalam memfiksasi N2.
13. Yodium (I) berperan dalam transport auksin.
sumber : >http://e-learning.unram.ac.id/KulJar/BAB%20III%20MEDIA/III2%20Unsur%20Mikro%20Kultur%20Jaringan.htm
>http://www.sinarharapan.co.id/berita/0202/13/ipt02.html