Tabloid Rumah
Di halaman depan, tanahnya dilapisi rumput peking dan ada lebih dari 10 macam tanaman, kebanyakan tanaman hias daun berukuran kecil-kecil.
Senin, 2 Juni 2008 | 08:05 WIB
Jamaknya, orang lebih memilih ruangan daripada halaman. Maksudnya, kalau membangun rumah, diupayakan rumah dibangun sebesar mungkin, sehingga didapat ruangan sebanyak mungkin, dan halaman disisakan sesedikit mungkin. Ini biasanya berlaku bagi orang yang memiliki rumah kecil. Bahkan mungkin, kalau tidak ada peraturan GSB (garis sempadan bangunan), rumah akan dibangun sepenuhan lahan yang ada.
Tapi tidak begitu dengan Yudiana (32). Laki-laki yang yang masih melajang ini justru rela “mengecilkan” bangunan demi mendapatkan halaman yang luas. Halaman depan dan halaman belakang dibiarkan tetap luas. Lalu diapakan halaman ini?
Taman Depan
Halaman ini oleh Yudi dijadikan media untuk mencurahkan hobinya akan tanaman. Sekalipun tidak terlalu luas, penataan yang rapi membuat taman ini tampak molek dan asri. Ini memberikan nilai tambah bagi rumah mungil ini, sehingga ia terlihat berbeda dari rumah-rumah sebelahnya.
Di halaman depan, tanahnya dilapisi rumput peking dan ada lebih dari 10 macam tanaman, kebanyakan tanaman hias daun berukuran kecil-kecil. Ada lidah mertua, jengger ayam, ekor tupai, dan beberapa jenis bayem-bayeman. Sebagai “monumen”-nya digunakan palm botol dan cemara udang. Tanaman yang tinggi diletakkan di tengah, sementara tanaman yang lebih rendah dibuat mengelilingi bagian tepi taman. Sebuah lampu sorot diletakkan di tengah taman, menembak ke arah bangunan rumah. Cuma sayang, karena kami memotret pada siang hari, efek lampu sorot ini tidak terlihat.
Berbeda dengan taman depan, taman belakang tidak dilapisi rumput, melainkan diberi perkerasan batu kecil-kecil.
Menyiasati Ruang
Karena taman di bagian depan dan belakang cukup luas, bangunan terpaksa mengalah. Kemudian pertanyaannya, bagaimana menyiasati pembagian ruang di rumah mungil ini, agar tetap nyaman. Inilah ruang-ruang yang tersedia.
Pertama, terasnya dibuat kecil saja, tanpa ada benda apapun yang diletakkan di sana. Sekalipun kecil, teras ini dimanfaatkan oleh Yudi untuk menempatkan aksen rumah. Kolom teras ini dilapisi batu kali yang dipasang dengan cara nat-dalam (nat tidak terlihat dari luar), dan diberi coating yang memberi warna lebih gelap. Kolom batu ini memberi sentuhan natural pada rumah ini.
Kedua, ruang tamu diletakkan menerus dengan ruang keluarga. Tapi sekalipun dua ruang ini menerus, peletakan perangkat sofa dan rak TV membuat batas ruang keluarga terlihat jelas, tanpa perlu adanya penyekat.
Ketiga, dapur diletakkan di sebelah ruang tamu, tapi dengan penyekat berupa dinding setinggi kira-kira 80 cm—90 cm. Pemisah ini berguna untuk menyembunyikan benda-benda dapur yang kadang-kadang tidak indah dipandang. Tapi karena tingginya tidak sampai 1 meter, pandangan dari ruang tamu ke dapur tidak terhalang.
Keempat, kamar tidur utama diletakkan di depan, bersebelahan dengan ruang tamu. Kamar tidur ini, menurut Yudi, dibuat dengan ukuran yang disesuaikan kebutuhan. Jadi sebelum membuat denah, Yudi sudah menghitung barang apa saja yang nantinya akan diletakkan di kamar ini, dan berapa ukuran barang-barang tersebut. Perencanaan yang sangat cerdas!
Kelima, ruang makan ditiadakan. Mengingat ukuran rumah ini cukup mungil, dan hanya ditinggali oleh satu orang, Yudi memilih untuk “membuang” ruang makan. Makan sehari-hari bisa dilakukan di sofa di depan TV. Dengan demikian rumah ini jadi tidak terlalu sempit. Nantinya, bila dibutuhkan, ruang makan bisa diletakkan di halaman belakang. Mungkin sebuah pintu kaca lipat bisa membuat ruang makan ini seolah-olah menyatu dengan bagian dalam rumah.
(dek)
dikutip dari :http://www.kompas.com/read/xml/2008/06/02/08050074/bila.pria.lajang.menyukai.taman.
src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js">
No comments:
Post a Comment