Wednesday, April 8, 2009

Budidaya Tanaman Kopi

DARI PENGGEMBALA KAMBING HINGGA MINUMAN KHUSUS BANGSAWAN



Kopi memiliki istilah yang berbeda-beda. Pada masyarakat Indonesia lebih akrab dengan sebutan kopi, di Inggris dikenal coffee, Prancis menyebutnya cafe, Jerman menjulukinya kaffee, dalam bahasa Arab dinamakan quahwa.

Sejarah kopi diawali dari cerita seorang penggembala kambing Abessynia yang menemukan tumbuhan kopi sewaktu ia menggembala, hingga menjadi minuman bergengsi para aristokrat di Eropa. Bahkan oleh Bethoven menghitung sebanyak 60 biji kopi untuk setiap cangkir kopi yang mau dinikmatinya.

Sejak penemuan tumbuhan kopi tersebut kemudian seorang sufi Ali Bin Omar dari Yaman menjadikan rebusan kopi sebagai obat penyakit kulit dan obat-obatan lainnya. Sehingga pada waktu itu kopi mendapat tempat terhormat di kalangan masyarakat negeri itu. Dari khasiat kopi tersebut akhirnya membawa kemakmuran bagi pemilik-pemilik kebun kopi, pengusaha kedai kopi, pedagang kopi, eksportir kopi, dan pemerintah di berbagai belahan dunia tanaman minuman beraroma khas itu ditanam.

Banyaknya khasiat yang didapat dari kopi, sehingga penyebarannya cukup pesat terutama di benua Eropa. Di Salerno, Italia, kopi telah dikenal pada abad kesepuluh. Setelah itu berlanjut dengan pembukaan kedai kopi bernama Botega Delcafe pada tahun 1645 yang kemudian menjadi pusat pertemuan cerdik pandai di negara pizza tersebut.

Di Kota London, coffee house pertama dibuka di George Yard di Lombat Sreet dan di Paris, kedai kopi dibuka pada tahun 1671 di Saint Germain Fair. Sedangkan di Amerika, kopi dijadikan sebagai minuman nasional di Amerika Serikat dan menjadi menu utama di meja-meja makan pagi. Meskipun perkembangan kopi begitu pesat pada abad-abad itu tetapi orang-orang Arab telah lebih dulu memonopolinya sebagai tanaman, dan mereka hanya mengekspor kopi yang sudah digoreng atau digonseng.

Sedangkan penyebaran tumbuhan kopi ke Indonesia dibawa seorang berkebangsaan Belanda pada abad ke-17 sekitar tahun 1646 yang mendapatkan biji arabika mocca dari Arabia ke Jakarta. Kopi arabika pertama-tama ditanam dan dikembangkan di sebuah tempat di timur Jatinegara, yang menggunakan tanah partikelir Kesawung yang kini lebih dikenal Pondok Kopi.

Kemudian kopi arabika menyebar ke berbagai daerah di Jawa Barat, seperti Bogor, Sukabumi, Banten, dan Priangan, melalui sistem tanam paksa. Setelah menyebar ke Pulau Jawa, tanaman kopi kemudian menyebar ke daerah lain, seperti Pulau Sumatera, Sulawesi, Bali, dan Timor. "Bahkan kopi arabika yang semula ditanam di Brasil (negara produsen kopi terbesar di dunia) konon bibitnnya berasal dari Pulau Jawa," ungkap Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Timur Mudrig Yahmadi.

Dalam sejarahnya, Indonesia bahkan pernah menjadi produsen kopi arabika terbesar di dunia, walaupun tidak lama akibat munculnya serangan hama karat daun. Serangan hama yang disebabkan cendawan hemileia vastatrix tersebut menyerang tanaman kopi di Indonesia sekitar abad ke-19.

Meskipun demikian, sisa tanaman kopi arabika masih dijumpai di kantong penghasil kopi di Indonesia, antara lain dataran tinggi Ijen (Jatim), tanah tinggi Toraja (Sulsel), serta lereng bagian atas pegunungan Bukit Barisan (Sumatera), seperti Mandailing, Lintong dan Sidikalang (Sumut) serta dataran tinggi Gayo (DI Aceh).

Perjalanan kopi bukan begitu saja menjadi salah satu minuman dunia yang disenangi. Di Italia, pendeta-pendeta melarang umatnya minum kopi dan menyatakan bahwa minuman kopi itu dimasukkan sultan-sultan muslim untuk menggantikan anggur. Bukan hanya melarang tetapi juga menghukum orang-orang yang minum kopi.

Bahkan, tahun 1656, Wazir dan Kofri, Kerajaan Usmaniyah, mengeluarkan larangan untuk membuka kedai-kedai kopi. Bukan hanya melarang kopi, tetapi menghukum orang-orang yang minum kopi dengan hukuman cambuk pada pelanggaran pertama. Tetapi bertahun-tahun kemudian, pelarangan minum kopi di Timur Tengah lambat-laun terkikis, sehingga jika seorang suami melarang istrinya minum kopi, si istri tersebut bisa memakai alasan ini untuk minta cerai.

Di Swedia, konon Raja Gustaff ke II pernah menjatuhkan hukuman terhadap dua orang saudara kembar. Yang satu hanya dizinkan meminum kopi dan yang satu lagi diizinkan hanya teh. Siapa yang terlebih dahulu mati, maka dialah yang bersalah dalam satu tindak pidana yang dituduhkan terhadap mereka. Ternyata yang mati duluan adalah peminum teh pada usia 83 tahun.

Sejak itu orang-orang Swedia berbalik menjadi peminum kopi paling fanatik yang ada di dunia, sehingga sampai sekarang negara-negara Skandinavia kini peminum kopi tertinggi per kapita di dunia. Setiap orang bisa menghabiskan 12 kg lebih per tahun dibanding dengan di Indonesia yang hanya 0,6 kg per tahun.

Begitu bergengsinya minuman kopi ini, hingga Raja Frederick Agung dari Rusia pada tahun 1777 hanya memperbolehkan kalangan atas atau kelas bangsawan saja untuk menunjukkan kearistokratan kopi.

Tanaman kopi merupakan salah satu genus dari Famili Rubiaceae. Genus kopi ini memiliki sekitar 100 spesies, namun dari 100 spesies itu hanya 2 jenis yang memiliki nilai ekonomis, yaitu Robusta dan Arabika.

Areal Tanam

Kopi arabika (Coffea arabica)
Daerah dengan ketinggian 700-1700 m dpl, suhu 16-20 ° C, beriklim kering 3 bulan/tahun secara berturut-turut. Kopi arabika peka terhadap penyakit HV, terutama bila ditanam di daerah kurang dari 500 dpl.
Kopi Robusta
Merupakan keturunan beberapa spesies kopi, terutama Coffea canephora. Tumbuh baik di ketinggian 400-700 m dpl, temperatur 21-24° C dengan bulan kering 3-4 bulan secara berturut-turut dan 3-4 kali hujan kiriman. Kualitas buah lebih rendah dari Arabika dan Liberika.

BUDIDAYA

Dalam memilih penanaman bibit kopi ada tiga kriteria yang perlu diperhatikan antara lain;

· Produktivitas
· Kualitas (aroma dan rasa amat berpengaruh terutama pada jenis Arabika)
· Ketahanan terhadap gangguan hama/penyakit

Mengenai budidaya kopi Arabika dan Robusta dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:


Kopi Arabika
Untuk keperluan budidaya kopi Arabika biasanya dilakukan dengan cara membuat bibit generatif (bibit semai), dan kopi Arabika tidak memerlukan cara vegetatif, kecuali untuk kebutuhan penelitian.

Kopi Robusta
Sedangkan kopi robusta budidayanya biasa dilakukan secara dengan cara mengembangkan bibit vegetatif yaitu bibit cangkokan, sambungan, okulasi dan stek. Bibit yang diperoleh dari pihak lain, sebaiknya tidak langsung ditanam agar bibit tersebut dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.

Pemupukan

Pupuk yang digunakan pada umumnya harus mengandung unsur-unsur Nitrogen, Phospat dan Kalium dalam jumlah yang cukup banyak dan unsur-unsur mikro lainnya yang diberikan dalam jumlah kecil. Ketiga jenis tersebut di pasaran dijual sebagai pupuk Urea atau Za (Sumber N), Triple Super Phospat (TSP) dan KCl. Selain penggunaan pupuk tunggal, di pasaran juga tersedia penggunaan pupuk majemuk. Pupuk tersebut berbentuk tablet atau briket di dalamnya, selain mengandung unsur NPK, juga unsur-unsur mikro. Selain pupuk an organik tersebut, tanaman kopi sebaiknya juga dipupuk dengan pupuk organik seperti pupuk kandang atau kompos.

Pemberian pupuk buatan dilakukan 2 kali per tahun yaitu pada awal dan akhir musim hujan, dengan meletakkan pupuk tersebut di dalam tanah (sekitar 10 - 20 cm dari permukaan tanah) dan disebarkan di sekeliling tanaman. Adapun pemberian pupuk kandang hanya dilakukan Tahun 0 (penanaman pertama)

Hama dan Penyakit
Hama yang menyerang tanaman kopi antara lain:
1. Bubuk buah kopi (Stephanoderes hampei)
2. Penggerek cabang cokelat dan hitam (Cylobarus morigerus dan Compactus)
3. Kutu dompolan (Pseudococcus citri)
4. Kutu lamtoro (Ferrisia virgata)
5. Nematoda Akar
6. Kutu loncat (Heteropsylla sp.)

Penyakit yang biasa menyerang tanaman kopi antara lain:
1. Penyakit Karat daun
2. Jamur upas
3. Akar hitam dan akar cokelat
4. Bercak daun
5. Mati ujung
6. Embun jelaga
7. Bercak hitam pada buah

Pola Produksi Kopi

1. Periode Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Selama 3 tahun pertama, tanaman kopi biasanya belum menghasilkan atau dikenal sebagai periode TBM. Tanaman baru menghasilkan biasanya pada tahun ke empat dan diperkirakan dapat berumur sampai 30 tahun apabila dirawat dengan baik.
2. Periode Tanaman Menghasilkan (TM)
Tanaman kopi termasuk apa yang dinamakan "tanaman hari pendek" (short day plant), yaitu tanaman yang membentuk bakal bunga dalam periode hari pendek (yang dimaksud dengan hari pendek adalah siang hari yang panjangnya kurang dari 12 jam). Pola panen tanaman ini di Indonesia dapat dilihat pada masa panen.

3. Pola Panen
Pola panen tanaman ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain cuaca, musim dan terutama curah hujan. Masa panen di daerah basah dimana hujan turun sepanjang tahun biasanya lebih lama, dibandingkan masa panen di daerah kering yang produksi tertinggi pada masa puncak panen.

4. Fluktuasi Panen
Tanaman kopi termasuk tanaman yang mengalami satu kali masa panen selama dua tahun. Penurunan produksi tanaman ini yang merupakan konsekuensi sifat alaminya dapat mencapai 20 hingga 60 %, tergantung pada kondisi kesehatan tanaman tersebut. Dengan fenomena seperti ini, jika kita ingin membandingkan produktifitasnya dari satu masa panen ke masa panen yang lain, maka harus diambil tiap 2 tahun, sebagai contoh, membandingkan produksi panen pada tahun ke-4 dengan tahun ke-6, dan bukan membandingkannya dengan tahun ke-5. Dengan metode ini kita mendapatkan produksi rerata per dua tahun, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kesimpulan yang menyesatkan.

Proses Produksi

Pada tanaman kopi Arabika dan Robusta dikenal dua macam proses, antara lain:

1. Proses kering
Proses kering amat sederhana dan tidak memerlukan peralatan khusus. Setelah dipetik, kopi biasanya dikeringkan dengan cara dijemur selama 10 sampai 15 hari. Baru setelah itu kopi tersebut dikupas. Hampir semua kopi Arabika dari Brazil melalui proses kering, dan kualitasnya tetap bagus karena kopi yang dipetik biasanya yang telah betul-betul matang (berwarna merah).

2. Proses basah
Pada proses basah diperlukan peralatan khusus dan hanya bisa memproses biji kopi yang telah benar-benar matang. Proses jenis ini biasanya dilakukan oleh perkebunan besar dengan peralatan yang memadai termasuk mekanik yang cakap sehingga mereka tidak tergantung pada cahaya matahari untuk mengeringkan kopi tersebut.

Rendemen dan Kualitas Biji Kopi
1. Rendemen biji kopi.


Rendemen biji kopi menurut jenisnya adalah:
· Arabika: 16-18 %
· Robusta: 20-30 %

Ini berarti bahwa setiap 100 kg biji kopi segar, untuk kopi Arabika akan menghasilkan 16-18 kilogram kopi (dengan kandungan air 12%), sedangkan untuk kopi Robusta, akan menghasilkan sekitar 20-30 kilogram kopi.


2. Ukuran biji kopi.


Ukuran biji kopi merupakan salah satu elemen penting dari kualitasnya yang berpengaruh pada harga jual kopi tersebut. Beberapa faktror yang mempengaruhi ukuran biji tersebut antara lain:
· Varietas tanaman yang ditanam
· Cuaca
· Ketinggian daerah tanam
· Kesuburan tanah
· Sistem pemotongan saat panen

3. Varietas tanaman


Pada jenis kopi Robusta (Coffea canephora) dikenal varietas Robusta yang menghasilkan biji lebih besar dibandingkan varietas lain seperti varietas kouilou atau ugandae . Diantara varietas-varietas tersebut ada yang menghasilkan biji yang lebih besar seperti BP 24 dan yang menghasilkan biji lebih kecil seperti BP 288.
sumber :
http://www.tapanulicoffee.com/hama_dan_penyakit.htm


No comments: