Thursday, July 17, 2008

Senyawa Mikro Dan anorganik Kultur Jaringan

PADA 1965 ketika George Morel, seorang botanis Prancis, sedang melakukan percobaan untuk mendapatkan tanaman anggrek bebas virus, ia menemukan bahwa dengan cara mikropropagasi, tunas sepanjang 1 (satu) milimeter dapat dikembangkan menjadi tanaman lengkap. Cara ini dimulai dengan teknik kultur jaringan atau mikropropagasi.
Pada 1970, teknologi ini dikembangkan secara komersial di sejumlah negara maju. Teknik ini meluas di dunia pada 1980. Pada awalnya teknik ini digunakan pada tanaman hias dan bunga potong untuk diekspor. Dan selama bertahun-tahun, teknik ini hanya berkembang pada skala laboratorium dan pada umumnya diminati oleh kalangan akademisi.
Tetapi di sejumlah negara berkembang, karena kebutuhan biomasa dan kebutuhan energi semakin meningkat, diperlukan kemungkinan perbanyakan massal bibit tanaman dengan teknik kultur jaringan . Dan di abad ke-21 ini, di negara mana pun sudah umum dilakukan penyemaian bibit tanaman dengan teknik yang cukup populer ini.
Definisi kultur jaringan tanaman adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sekelompok sel, jaringan dan organ yang menumbuhkannya dengan kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali. (NETTY WIDYASTUTI)

Senyawa Mikro:

Besarnya konsentrasi senyawa mikro yang digunakan sangat kecil yaitu berukuran mikromolar, antara lain: besi (Fe), mangan (Mn), boron (Bo), tembaga (Cu), seng (Zn), Iodine (I), molybdenum (Mo), cobalt (Co). Unsur-unsur tersebut adalah merupakan komponen protein sel tanaman yang penting dalam proses metabolisme dan proses fisiologi.

Penggunaan unsur mikro awalnya dilakukan oleh Knudson pada tahun 1922, dengan menambahkan Fe dan Mn dalam media kultur untuk perkecambahan anggrek, yang ternyata hasilnya sangat baik. Barthelot, Gautheret, dan Nobecourt pada tahun 1934-1939, menyarankan penggunaan Cu, Co, Ni, Ti dan Bo dalam media kultur. Hildebrant dan kawan-kawannya pada tahun 1946, menyatakan kebutuhan Bo, Mn, Zn dan Fe yang optimum, untuk pertumbuhan kalus tanaman tembakau dan bunga matahari,sedangkan penggunaan Mo diperkenalkan oleh Buerk Holder dan Nickel. Percobaan Heller tahun 1953 membuktikan pentingnya penggunaan unsur Fe, Bo, Mn, Zn, dan Cu dalam media kultur wortel yang ditumbuhkan pada media Gautheret, Heler. Zn sangat diperlukan untuk pertumbuhan akar tomat yang normal (Eltinge & Reed, 1940 dalam George & Sherrington, 1984), sedangkan tanpa Cu, pertumbuhan terhenti sama sekali seperti yang diulas oleh Glasstone pada tahun 1947 (George & Sherringtone, 1984).

Sewanya Mangan (Mn) diperlukan dalam kultur kotiledon selada untuk memacu pertumbuhan jumlah pucuk yang dihasilkan. Mn dalam level yang tinggi dapat mengsubstitusikan Mo dalam kultur akar tomat. Mn dapat menggantikan fungsi Mg dalam beberapa sistem enzym tertentu seperti yang dibuktikan oleh Hewith pada tahun 1948.

Kekurangan Boron mengurangi laju pertumbuhan kultur sel tebu, bunga matahari, dan wortel. Sebaliknya konsentrasi lebih tinggi dari 2 mg/l, dapat berubah sisatnya menjadi racun dalam media kultur. Dalam beberapa species, ternyata terdapat interaksi antara Bo dan auksin dalam pengaturan pengakaran pada percobaan setek.

Unsur seng, Alumunium, dan Nikel, tidak banyak dipelajari efeknya terhadap pertumbuhan kultur. Untuk seng, diketahui bahwa unsur ini dibutuhkan dalam sintesa tryptophan, sedangkan untuk Al dan Ni belum ada bukti-bukti yang cukup yang menyatakan bahwa unsur-unsur tersebut terlibat dalam metabolisme penting dalam sel. Unsur Al dan Ni jarang ditambahkan dalam formulasi media, hanya Heller dan beberapa peneliti lain yang menambahkan. Penambahan Al dan Ni pada kultur meristem Prunus, tidak mempunyai pengaruh apa-apa.

Iodine juga merupakan unsur yang tidak diketahui kontribusinya dalam kultur jaringan tanaman, 65% dari komposisi media yang dikembangkan, menambahkan unsur ini. Penambahan ini dilakukan setelah white menyatakan bahwa Iodine dapat memperbaiki pertumbuhan akar tomat yang dikultur in vitro. Dalam media Eeuwens yang dikembangkan pada tahun 1976 untuk kelapa, iodine yang ditambahkan 0.05 mM; nilai ini 10 kali lebih tinggi dari level yang terdapat dalam komposisi MS.



Fungsi Unsur-unsur Anorganik:
1. Kalium (K) berperan dalam sintesa protein, penggerak beberapa enzim, membuka dan menutupnya stomata.
2. Kalsium (Ca) sebagai penyusun struktur dinding sel, cofactor enzim, permeabilitas sel, komponen dari kalmodulin.
3. Fosfor (P) sebagai penyusun ATP, asam nukleat, coenzim dan fosfolipid.
4. Magnesium (Mg) penyusun molekul klorofil, membantu aktifitas enzim.
5. Mangan (Mn) mengatur oksidasi auksin, sebagai aktifator enzim.
6. Sulfur (S) sebagai penyusun beberapa asam amino, protein dan coenzim A.
7. Besi (Fe) berperan dalam sintesa klorofil, cytokrom.
8. Clorine (Cl) berperan dalam proses osmosis dan kesetimbangan ion.
9. Tembaga (Cu) berperan dalam cofactor enzim.
10. Zinc (Zn) berperan menahan oksidasi auksin, berguna dalam sintesa triptofan dan sebagai aktifator enzim.
11. Boron (Bo) berperan mempengaruhi penggunaan kalsium.
12. Cobalt (Co) diperlukan oleh organisme dalam memfiksasi N2.
13. Yodium (I) berperan dalam transport auksin.
sumber : >http://e-learning.unram.ac.id/KulJar/BAB%20III%20MEDIA/III2%20Unsur%20Mikro%20Kultur%20Jaringan.htm
>http://www.sinarharapan.co.id/berita/0202/13/ipt02.html


No comments: