Thursday, July 24, 2008

KENTANG





Family Solanaceae


Deskripsi

Kentang merupakan tanaman dikotil yang bersifat semusim dan berbentuk semak/herba. Batangnya yang berada di atas permukaan tanah ada yang berwarna hijau, kemerah-merahan, atau ungu tua. Akan tetapi, warna batang ini juga dipengaruhi oleh umur tanaman dan keadaan lingkungan. Pada kesuburan tanah yang lebih baik atau lebih kering, biasanya warna batang tanaman yang lebih tua akan lebih menyolok. Bagian bawah batangnya bisa berkayu. Sedangkan batang tanaman muda tidak berkayu sehingga tidak terlalu kuat dan mudah roboh.

Manfaat

Kentang sangat digemari hampir semua orang. Bahkan di beberapa daerah, ada yang menjadikannya makanan pokok. Selain itu, kentang juga banyak mengandung vitamin B, vitamin C, dan sejumlah vitamin A. Sebagai sumber karbohidrat yang penting, di Indonesia, kentang masih dianggap sebagai sayuran yang mewah.

Nutrisi, Nilai per 100 gram porsi makanan

Air, 83.29 g
Energi, 58 kcal
Energi, 243 kj
Protein, 2.57 g
Total Lemak, 0.1 g
Karbohidrat, 12.44 g
Serat, 2.5 g
Ampas, 1.61 g

Mineral

Kalsium, Ca, 30 mg
Besi, Fe, 3.24 mg
Magnesium, Mg, 23 mg
Phospor, P, 38 mg
Potassium, K, 413 mg
Sodium, Na, 10 mg
Seng, Zn, 0.35 mg
Tembaga, Cu, 0.423 mg
Mangan, Mn, 0.602 mg
Selenium, Se, 0.3 mcg

Vitamin

Vitamin C, asam ascorbic, 11.4 mg
Thiamin, 0.021 mg
Riboflavin, 0.038 mg
Niacin, 1.033 mg
Asam Pantothenic, 0.302 mg
Vitamin B-6, 0.239 mg
Folate, 17.3 mcg
Vitamin B-12, 0 mcg
Vitamin A, 0 IU
Vitamin A, RE, 0 mcg_RE

Lemak

Asam Lemak Jenuh, saturated, 0.026 g
10:0, 0.001 g
12:0, 0.003 g
14:0, 0.001 g
16:0, 0.016 g
18:0, 0.004 g
Asam Lemak Tak Jenuh, monounsaturated, 0.g
16:1, 0.001 g
18:1, 0.001 g
Asam Lemak Tak Jenuh, polyunsaturated, 0.043 g
18:2, 0.032 g
18:3, 0.010 g
Kolesterol, 0 mg

Syarat Tumbuh

Kentang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik bila ditanam pada kondisi lingkungan yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya. Keadaan iklim dan tanah merupakan hal penting yang perlu diperhatikan, di samping faktor penunjang lainnya. Kentang dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi antara 500-3.000 m dpl. Dan, yang terbaik adalah pada ketinggian 1.300 m dpl dengan suhu relatif sekitar 20°C. Selain, itu daerah dengan curah hujan 200-300 mm setiap bulan atau 1.000 mm selama masa pertumbuhan kentang merupakan daerah yang baik untuk pertumbuhan kentang. Tanah yang baik untuk kentang adalah tanah yang subur, dalam, drainase baik, dan pH antara 5-6,5. Pada tanah yang pHnya rendah, akan dihasilkan kentang yang mutunya jelek.

Pedoman Budidaya

Kentang dikembangbiakkan dengan umbi. Umbi yang baik untuk ditanam adalah umbi yang telah bertunas sehingga perlu diadakan penunasan. Penunasan berarti menumbuhkan sejumlah tunas yang sehat dari umbi bibit beberapa minggu sebelum ditanam sehingga diperoleh tanaman yang seragam. Penunasan dilakukan sekitar 2 bulan menjelang tanam pada rak-rak penumbuh berukuran 60 x 40 x 10 cm dengan kaki 7,5 cm. Rak-rak penumbuh ini disusun bertingkat. Banyaknya rak tergantung dari umbi yang akan ditunaskan. Rak itu diletakkan di tempat yang tidak langsung kena sinar matahari. Apabila menggunakan sinar matahari langsung, suhu tidak boleh terlampau tinggi. Dan, setelah tunas-tunas kecil keluar, bibit harus dipindahkan ke tempat yang lebih dingin (6-12° C). Untuk setiap hektar, kentang varietas Granola, membutuhkan 1.500-2.000 kg bibit. Sambil menunggu umbi bertunas, dilakukan pengolahan tanah. Tanah dibajak atau dicangkul, kemudian diistirahatkan selama 1-2 minggu untuk memperbaiki keadaan tata udara tanah. Selanjutnya tanah diratakan, diikuti dengan pembersihan rerumputan liar. Setelah itu pada tanah itu dibuatkan garitan-garitan sedalam 5- 10 cm. Jarak antargaritan biasanya disesuaikan dengan jarak tanam yang akan digunakan. Sedangkan jarak tanam yang digunakan tergantung pada jenis kentang yang akan diusahakan. Penanaman dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk dasar berupa pupuk kandang. Untuk setiap hektar, diperlukan sekitar 20 ton pupuk kandang, 500 kg Urea, 300 kg TSP, dan 200 kg KCI. Pupuk ini diletakkan di antara umbi-umbi di dalam garitan yang selanjutnya ditimbun dengan tanah. Bibit kentang akan tumbuh di atas tanah ± 10 hari kemudian.

Pemeliharaan

Setelah tanaman berumur sebulan, tanaman mulai didangir dan dibumbun. Pembumbunan ini penting untuk mencegah agar umbi kentang yang terbentuk tidak terkena sinar matahari.

Hama dan Penyakit

Hama yang sering menyerang tanaman kentang antara lain sebagai berikut. Aphids atau kutu daun Aphids (Myzus persicae Sulz., Aphis gossypii Glov., dan A. spiraecola Patch.) ini dapat menularkan penyakit yang disebabkan oleh virus. Pengendaliannya dapat dengan menggunakan insektisida sistemik seperti Furadan 3 G (80 kg/ha), atau dengan Desis 2,5 EC (0,04%), Tamaran 200 LC (0,2 %), dan Hostatron 40 EC (0,2 %). Wereng kentang Wereng kentang (Empoasca fabae Harr.) dapat menyebabkan kerusakan pada daun kentang. Selain itu, sambil memakan daun hama ini menyuntikkan zat beracun hytotoximia sehingga menimbulkan kerusakan pada daun seperti terbakar. Yang biasa menyerang kentang adalah nimfa dan serangga dewasa. Serangga dewasa berwarna hijau kekuning-kuningan dan panjangnya 2,35-2,65 mm. Pengendaliannya sama seperti pada aphids. Thrips Thrips (Thrips palmy Karny) adalah hama yang kecil sekali, sulit dilihat dengan mata telanjang. Hama ini berkembang biak secara partenogenesis (telur dapat menetas tanpa dibuahi). Thrips menimbulkan kerusakan karena ia mengisap cairan daun sehingga warna daun berubah menjadi keperakan. Serangan yang berat dapat terjadi pada cuaca kering dan dapat mengakibatkan semua daun mengering lalu mati. Pemberantasannya dapat dengan meng- gunakan Orthene 75 SP (0,1 %), Tamaron 200 LC (0,2 %), atau Bayrusi1250 EC (0,2 %). Kumbang kentang Larva dan serangga dewasa kumbang kentang (Ephilachna sparsa forma vigintioctopunctata Boisd.) memakan jaringan daun sehingga yang tinggal hanyalah tulang-tulang daun dan lapisan epidermis. Serangga dewasa panjangnya sekitar 1 cm, berwarna merah, dan berbintik-bintik hitam. Pemberantasannya sama seperti hama thrips. Penggerek umbi kentang Penggerek umbi kentang (Phthorimaea operculella Zell.) merusak umbi kentang di dalam gudang dan memakan daun kentang di lapangan. Gejala serangannya adalah daun berwarna merah tua dan tampak adanya jalinan seperti benang yang membungkus ulat kecil berwarna kelabu. Biasanya daun menggulung karena larvanya bersembunyi di dalamnya. Sedangkan gejala serangan pada umbi di dalam gudang adalah tampak adanya kotoran yang berwarna cokelat tua pada kulit umbi. Apabila umbi dibelah, akan tampak lubang-lubang atau alur-alur. Pemberantasannya di lapanb an adalah dengan menyemprotkan Tamaron 200 LC (0,2010) atau Orthene 75 SP (0,1 %). Sedangkan pemberantasannya di gudang adalah dengan menggunakan Sevin 5 D sebanyak 1,5 kg/ton kentang, atau dengan menaburkan serbuk daun Lantana camara yang telah dikeringkan setebal 2 cm pada umbi kentang. Penyakit Penyakit yang sering menyerang pertanaman kentang antara lain sebagai berikut. Bercak kering Gejala serangannya adalah mula-mula tampak berupa bercak kecil pada daun-daun bawah, kemudian berkembang. Bercak ini berwarna cokelat dengan tanda khas berupa lingkaran-lingkaran. Serangan dapat dijumpai pada tangkai daun, batang, bahkan umbi. Pada tangkai daun dan batang, gejala serangannya berupa bercak cokelat yang memanjang. Sedangkan pada umbi, bercaknya agak melekuk, pinggirannya menonjol bulat, dan dalamnya sekitar 0,3 cm. Penyebab penyakit ini adalah jamur Altenaria solani. Penyakit ini dapat dicegah dengan Dithane M-45, Blitox-50, dan Antracol. Busuk daun Gejala serangan tampak dengan adanya bercak basah bertepi tidak teratur pada tepi daun atau tengahnya. Bercak ini kemudian melebar dan terbentuklah daerah nekrotik berwarna cokelat. Di sekitar daerah itu, terdapat bagian yang berwarna hijau kelabu yang dihasilkan oleh massa sporangium yang tampak berwarna putih. Serangan juga dapat terjadi pada tangkai daun atau tangkai anak daun dengan warna cokelat, melingkar, agak mengendap, dan dapat menimbulkan defoliasi. Penyakit busuk daun ini disebabkan oleh Phytophthora infestans, yang umumnya dijumpai pada tanaman kentang yang berumur 5-6 minggu ke atas. Untuk pengendaliannya sebaiknya kita menggunakan varietas yang tahan atau penggunaan fungisida yang telah diizinkan pemakaiannnya. Penyakit tanaman kentang lainnya adalah penyakit layu fusarium, kanker batang, dan penyakit kudis.

Panen dan Pasca Panen

Umur panen kentang berbeda menurut jenisnya, tetapi umumnya dipanen saat berumur 3-4 bulan setelah tanam. Setelah panen, sebaiknya kentang dipungut seminggu setelah daun dan ujung batangnya kering. Bila belum kering, mutu umbinya akan rendah dan kulitnya akan lecet sehingga tidak bisa dijadikan bibit. Penggalian untuk memungut umbi harus berhati-hati jangan sampai umbinya terluka kena cangkul atau alat penggali lainnya.

Sumber : http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php?mnu=2&id=1
http://www.asiamaya.com/nutrients/kentang.htm

Thursday, July 17, 2008

Budidaya Tomat




Minggu, 29 April 2007 22:56:37

Tomat adalah salah satu jenis sayuran yang banyak digemari masyarakat karena rasanya yang enak dan segar serta sebagai sumber vitamin. Hal ini penting untuk kebutuhan rumahtangga. Selain untuk konsumsi segar sebagai buah meja, juga dapat dijadikan sari buah tomat untuk minuman segar dan sauce tomat untuk bumbu masak.

Dengan laju pertumbuhan penduduk yang pesat, maka kebutuhan akan buah tomat meningkat, sehingga ada peluang yang besar untuk mengembangkan komoditi tomat sekaligus meningkatkan produksi tomat.


JENIS-JENIS TOMAT:

- Tomat biasa (lycopersicum commune) buahnya bulat pipih, lunak, bentuknya tidak teratur.
- Tomat Apel (Lycopersicum pyriforme) buah bulat, kuat dan sedikit keras seperti buah apel, tumbuh baik di dataran tinggi
- Tomat kentang (Lycopersicum grandifolium) buah bulat, padat, lebih besar dari tomat apel, daun lebar agak rimbun.

Sedangkan varietas tomat yang sekarang sedang dikembangkan adalah varietas Berlian, Ratna dan Intan.


SYARAT TUMBUH:

- Dapat tumbuh didataran rendah dan tinggi
- Waktu tanam yang baik 2 bulan sebelum musim hujan berakhir (awal musim kemarau)
- Tanah gembur, kaya humus dan subur
- Drainase baik dan tidak menggenang PH sekitar 5-6
- Curah hujan optimal 100-220 mm/ hujan
- Temperatur optimum 100-200 C (malam hari), 200-300 C (siang hari)

TEKNOLOGI BENIH

BENIH:

Diperbanyak secara generatif (biji)
Kebutuhan benih tergantung pada varietas dan jarak tanam, namun berkisar antara 150-300 gram/ha.

PERSEMAIAN:

Media pesemaian dibuat dari campuran tanah kompos dan pupuk kandang (1:1:1)
Pesemaian diberi atap/naungan yang menghadap ketimur
Setelah umur 2 minggu dibumbun/dioker dengan media campuran tanah, pupuk kandang dan kompos (2:1:1), agar tanaman kuat sebelum ditanam dilapangan
Pada umur 4-6 minggu bibit siap ditanam di kebun.

PENGOLAHAN TANANAH DAN PENANAMAN:

Tanah diolah dan dibentuk bedengan-bedengan arah timur - barat dengan ukuran lebar 2-3 meter, panjang sesuai petakan, tinggi bedengan 30-40 cm dan jarak antar bedengan 20-30 cm.
Bibit dipilih yang besar, seragam dan kokoh pertumbuhannya.
Jarak tanam 50 x 70 cm atau 70 x 80 cm tergantung varietasnya.

PEMUPUKAN:

Pupuk dasar diberikan saat tanam terdiri dari 100 kg TSP, 50 KCL dan pupuk kandang 15 ton/ha.
Pupuk susulan I diberikan 14 HST : 75 kg urea.
Pupuk susulan II diberikan 35 HST : 75 kg urea.

PEMELIHARAAN:

Penyiraman dilakukan setiap hari.
Pada saat berbunga penyiraman 2 hari sekali hingga saat berbuah.
Penyiangan/pendangiran dilakukan setelah pemupukan atau tergantung pada pertumbuhan gulma.
3-4 minggu setelah tanam diberi ajir/lanjaran untuk menopang agar tanaman tidak roboh kelak sesudah dewasa dan menghasilkan buah.
Pemangkasan dilakukan setelah umur 4-6 minggu agar buah yang dihasilkan tidak kerdil dan masaknya tidak terlambat.
Untuk mengurangi pertumbuhan gulma dan menjaga kelembaban tanah maka diberi mulsa jerami atau plastik.

HAMA & PENYAKIT

HAMA:

1. Heliothis armigera
Buah yang diserang menjadi busuk dan rontok, juga menyerang pucuk cabang
2. Agrotis epsilon
Larva menyerang jaringan daun sehingga daun tinggal rangkanya
3. Thrips spp
Daun bergaris kecil berwarna perak dan layu.

PENYAKIT:

1. Phytoptora infestans
Gejalanya terdapat bercak daun pada ujung dan pinggir daun sebelah bawah yang meluas keseluruh daun.
2. Fusarium oxysporum
Tulang daun menguning dan tangkai merunduk, tanaman kerdil, buah terbentuk tetapi kecil-kecil.
3. Pseudomonas solanacearum
Kelayuan dimulai dari bagian pucuk dan selanjutnya merambat keseluruh bagian tanaman, batang menjadi lembek.

Pengendalian hama dapat dilakukan dengan mempergunakan insektisida misal: Basudin 60 EC, Hostathion 40 EC dll. Dengan dosis 1,5 - 2 liter/ha. Sedangkan untuk penyakit dapat digunakan fungisida: Benlate, Folirfos 400 EC dengan dosis 1,5 - 2 liter/ha.

PANEN & PASCA PANEN

PANEN:

Buah pertama dapat dipanen setelah umur 3 bulan
Waktu panen buah jangan terlalu masak agar dapat disimpan lama/untuk dikirim jauh
Hasil dapat mencapai 200-250 kw/ha

PASCA PANEN:

Tomat adalah jenis sayuran yang cepat rusak sehingga perlu perlakuan-perlakuan:
- Dipetik pada umur yang cukup
- Disimpan ditempat dingin dan lembab
- Hindari terjadinya luka pada buah
Sebagai wadah dalam pengangkatan dapat digunakan keranjang yang dilapisi kertas atau plastik
- Tomat dapat diolah untuk dipasarkan sebagai sauce tomat, sari buah dan minuman segar es juice dll.

(Source: Departemen Pertanian)
dikutip dari : http://www.bijiku.com/news.php?action=detail&id=7


Senyawa Mikro Dan anorganik Kultur Jaringan

PADA 1965 ketika George Morel, seorang botanis Prancis, sedang melakukan percobaan untuk mendapatkan tanaman anggrek bebas virus, ia menemukan bahwa dengan cara mikropropagasi, tunas sepanjang 1 (satu) milimeter dapat dikembangkan menjadi tanaman lengkap. Cara ini dimulai dengan teknik kultur jaringan atau mikropropagasi.
Pada 1970, teknologi ini dikembangkan secara komersial di sejumlah negara maju. Teknik ini meluas di dunia pada 1980. Pada awalnya teknik ini digunakan pada tanaman hias dan bunga potong untuk diekspor. Dan selama bertahun-tahun, teknik ini hanya berkembang pada skala laboratorium dan pada umumnya diminati oleh kalangan akademisi.
Tetapi di sejumlah negara berkembang, karena kebutuhan biomasa dan kebutuhan energi semakin meningkat, diperlukan kemungkinan perbanyakan massal bibit tanaman dengan teknik kultur jaringan . Dan di abad ke-21 ini, di negara mana pun sudah umum dilakukan penyemaian bibit tanaman dengan teknik yang cukup populer ini.
Definisi kultur jaringan tanaman adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sekelompok sel, jaringan dan organ yang menumbuhkannya dengan kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali. (NETTY WIDYASTUTI)

Senyawa Mikro:

Besarnya konsentrasi senyawa mikro yang digunakan sangat kecil yaitu berukuran mikromolar, antara lain: besi (Fe), mangan (Mn), boron (Bo), tembaga (Cu), seng (Zn), Iodine (I), molybdenum (Mo), cobalt (Co). Unsur-unsur tersebut adalah merupakan komponen protein sel tanaman yang penting dalam proses metabolisme dan proses fisiologi.

Penggunaan unsur mikro awalnya dilakukan oleh Knudson pada tahun 1922, dengan menambahkan Fe dan Mn dalam media kultur untuk perkecambahan anggrek, yang ternyata hasilnya sangat baik. Barthelot, Gautheret, dan Nobecourt pada tahun 1934-1939, menyarankan penggunaan Cu, Co, Ni, Ti dan Bo dalam media kultur. Hildebrant dan kawan-kawannya pada tahun 1946, menyatakan kebutuhan Bo, Mn, Zn dan Fe yang optimum, untuk pertumbuhan kalus tanaman tembakau dan bunga matahari,sedangkan penggunaan Mo diperkenalkan oleh Buerk Holder dan Nickel. Percobaan Heller tahun 1953 membuktikan pentingnya penggunaan unsur Fe, Bo, Mn, Zn, dan Cu dalam media kultur wortel yang ditumbuhkan pada media Gautheret, Heler. Zn sangat diperlukan untuk pertumbuhan akar tomat yang normal (Eltinge & Reed, 1940 dalam George & Sherrington, 1984), sedangkan tanpa Cu, pertumbuhan terhenti sama sekali seperti yang diulas oleh Glasstone pada tahun 1947 (George & Sherringtone, 1984).

Sewanya Mangan (Mn) diperlukan dalam kultur kotiledon selada untuk memacu pertumbuhan jumlah pucuk yang dihasilkan. Mn dalam level yang tinggi dapat mengsubstitusikan Mo dalam kultur akar tomat. Mn dapat menggantikan fungsi Mg dalam beberapa sistem enzym tertentu seperti yang dibuktikan oleh Hewith pada tahun 1948.

Kekurangan Boron mengurangi laju pertumbuhan kultur sel tebu, bunga matahari, dan wortel. Sebaliknya konsentrasi lebih tinggi dari 2 mg/l, dapat berubah sisatnya menjadi racun dalam media kultur. Dalam beberapa species, ternyata terdapat interaksi antara Bo dan auksin dalam pengaturan pengakaran pada percobaan setek.

Unsur seng, Alumunium, dan Nikel, tidak banyak dipelajari efeknya terhadap pertumbuhan kultur. Untuk seng, diketahui bahwa unsur ini dibutuhkan dalam sintesa tryptophan, sedangkan untuk Al dan Ni belum ada bukti-bukti yang cukup yang menyatakan bahwa unsur-unsur tersebut terlibat dalam metabolisme penting dalam sel. Unsur Al dan Ni jarang ditambahkan dalam formulasi media, hanya Heller dan beberapa peneliti lain yang menambahkan. Penambahan Al dan Ni pada kultur meristem Prunus, tidak mempunyai pengaruh apa-apa.

Iodine juga merupakan unsur yang tidak diketahui kontribusinya dalam kultur jaringan tanaman, 65% dari komposisi media yang dikembangkan, menambahkan unsur ini. Penambahan ini dilakukan setelah white menyatakan bahwa Iodine dapat memperbaiki pertumbuhan akar tomat yang dikultur in vitro. Dalam media Eeuwens yang dikembangkan pada tahun 1976 untuk kelapa, iodine yang ditambahkan 0.05 mM; nilai ini 10 kali lebih tinggi dari level yang terdapat dalam komposisi MS.



Fungsi Unsur-unsur Anorganik:
1. Kalium (K) berperan dalam sintesa protein, penggerak beberapa enzim, membuka dan menutupnya stomata.
2. Kalsium (Ca) sebagai penyusun struktur dinding sel, cofactor enzim, permeabilitas sel, komponen dari kalmodulin.
3. Fosfor (P) sebagai penyusun ATP, asam nukleat, coenzim dan fosfolipid.
4. Magnesium (Mg) penyusun molekul klorofil, membantu aktifitas enzim.
5. Mangan (Mn) mengatur oksidasi auksin, sebagai aktifator enzim.
6. Sulfur (S) sebagai penyusun beberapa asam amino, protein dan coenzim A.
7. Besi (Fe) berperan dalam sintesa klorofil, cytokrom.
8. Clorine (Cl) berperan dalam proses osmosis dan kesetimbangan ion.
9. Tembaga (Cu) berperan dalam cofactor enzim.
10. Zinc (Zn) berperan menahan oksidasi auksin, berguna dalam sintesa triptofan dan sebagai aktifator enzim.
11. Boron (Bo) berperan mempengaruhi penggunaan kalsium.
12. Cobalt (Co) diperlukan oleh organisme dalam memfiksasi N2.
13. Yodium (I) berperan dalam transport auksin.
sumber : >http://e-learning.unram.ac.id/KulJar/BAB%20III%20MEDIA/III2%20Unsur%20Mikro%20Kultur%20Jaringan.htm
>http://www.sinarharapan.co.id/berita/0202/13/ipt02.html


Tuesday, June 17, 2008

Daun Selada Tidak Dicuci



Karena dimakan segar, daun selada harus bebas pestisida. Tidak boleh disemprot racun serangga. Ternyata ia juga sama sekali tidak boleh dicuci. Sebab, daun selada mudah rusak kalau terkena air.

Tidak ada dalam kamus persayuran bahwa selada harus direbus dan dimakan matang, supaya tidak bikin sakit perut. Lezatnya justru kalau ia dimakan segar dalam keadaan mentah.

Lalu, bagaimana cara mereka menanam dan menyiapkan hasil panen selada yang aman, tidak bikin sakit perut?

Dari selada ke letus

Pada zaman Belanda dulu kita sudah mengenal istilah

selada dari salade Prancis. Anak cucu kita zaman sekarang mengenalnya sebagai letus dari lettuce Inggris.

Keduanya sama, daun Lactuca sativa, sejenis tanaman dari keluarga bunga matahari Compositae. Carolus Linnaeus dari Swedia menyebutnya Lactuca karena sari tanaman itu keputih-putihan seperti lactis (air susu). Linnaeus melempar istilah sativa di atas kepala-kepala selada karena tanaman itu sudah lama dibudidayakan umat manusia. Sama lamanya dengan padi kita Oryza sativa yang dibudidayakan orang Hindu, kacang kapri Pisum sativum orang Siam, dan lobak Raphanus sativus orang Cina.

Orang Persia (nenek moyang orang Iran sekarang) sudah sejak tahun 550 SM membudidayakan selada, dan memperkenalkannya ke Eropa pada zaman Alexander Agung menyerbu Persia.

Orang Prancis menyebutnya laitue, tetapi karena daun tanaman itu dimakan dengan salare (garam), masakannya disebut salade. Pada tahun 1560, laitue untuk membuat salade ini diperkenalkan orang Prancis ke Inggris. Dari sana dibawa ke berbagai penjuru dunia sebagai lettuce dan salad.

Pada zaman kemudian tidak hanya garam yang dibubuhkan, melainkan mayonnaise (campuran kuning telur yang dikocok dalam minyak zaitun sampai menjadi saus yang agak kental, lalu diberi sari jeruk supaya tidak nek). Tetapi namanya masih tetap ketinggalan zaman: salade, seolah-olah cuma dibumbui salare. Sampai sekarang nama itu belum direformasi.

Kalau bumbunya berkembang dari garam menjadi mayonnaise, tanamannya sendiri berkembang dari selada kuno yang daunnya tebal hijau, menjadi letus yang daunnya lebih tipis, dan bermacam-macam warnanya. Di antaranya malah ada yang keriting.

Orang Belanda zaman voor de oorlog memakai daun selada sebagai campuran sla yang mayonesnya diberi sla olie (minyak kacang) karena minyak zaitun tidak ada di Indonesia. Tetapi kita di Jakarta memakai daun selada sebagai gado-gado saja berbumbu pecel, yang diberi minyak jambu monyet.

Belakangan masakan selada sudah tidak seperti dulu lagi hanya berupa daun selada, iris-irisan buncis dan wortel ditambah engkol, tetapi sudah ditambah macam-macam bahan lain. Bahkan tanpa daun selada pun kini juga minta disebut "selada", kalau bumbunya berbau mayones dan Thousand Island.

Dulu, selada dipakai sebagai pembuka santapan, atau pelengkap bistik (nama modernnya steik). Tetapi belakangan, selada naik tingkat menjadi makanan utama kalau ditambahi karbohidrat (kentang rebus, pasta, nasi risoto italia, atau nasi kuning indonesia) dan protein hewani (daging ayam, sapi, ikan, atau udang). Yang bertahan sebagai pembuka hanya selada buah, seperti Tropical Paradise Salad, berisi mentimun jepang, kacang cina, mangga probolinggo, nanas palembang, atau apel malang.

Varietas selada itu sendiri kini juga bertambah banyak sampai kita kagum. Tetapi supaya mudah dikenal, lazimnya mereka dikelompokkan menjadi tiga, meskipun ada bentuk-bentuk antara di antaranya.

Head lettuce, L. sativa varietas capitata yang daunnya melengkung di seputar poros tengahnya sampai membentuk bulatan seperti kepala orang. Orang Belanda menyebutnya kropsla.

Leaf lettuce, L. sativa varietas crispa yang tidak membentuk kepala. Kelompok ini dianggap crispa karena daunnya terasa garing keriak-keriak. Padahal di antara head lettuce juga ada yang begitu, namun tidak kebagian gelar crispa.

Cos atau Romaine lettuce, L. sativa varietas longifolia yang daunnya panjang-panjang.

Salah satu head lettuce yang terkenal sebagai Iceberg pernah merajai pasar-pasar swalayan kita sebagai selada modern yang terjangkau oleh masyarakat metropolis Pulau Jawa. Daunnya yang hijau muda keputih-putihan membentuk kepala kompak seperti kubis sampai dikira kubis. Di Inggris Amerika ia disebut cabbage lettuce, karena bentuknya seperti blasteran antara selada dan kubis.

Di samping selada tulen ini, ada varietas yang diaku-aku sebagai selada, walaupun sebenarnya bukan. Yaitu Radicchio yang sepintas lintas mirip selada, tetapi berasal dari nenek moyang Cichorium intybus. Bentuknya memang seperti selada, sampai di Jerman beredar sebagai salatzichorie. Hanya rasanya yang agak lain, agak menusuk.

Selada gunung

Karena asalnya dari daerah subtropik yang sejuk udaranya, selada yang ditanam di daerah tropik yang panas seperti Indonesia terpaksa dicarikan tempat penanaman yang sejuk juga. Misalnya di Lembang, lereng selatan G. Tangkubanperahu. Atau Desa Cidahu di lereng selatan G. Salak setinggi 1.000 m di atas permukaan laut. Di tempat yang udaranya masih segar, bebas polusi udara itu, head lettuce seperti Green Mignonette dan Red Lola Rosa, bisa tumbuh leluasa (dan bagus) karena menerima sinar matahari penuh, tetapi tidak panas.

Selada ditanam perusahaan Incredible Edibles Farm pimpinan Bill Anderson (seorang koki kepala di Javana Spa, Cicurug), di atas bedengan selebar 80 cm. Bedengan dipasangi kerangka bambu untuk mengerudungkan lembaran plastik sebagai pelindung. Sebab, setiap sore sampai fajar esok harinya, tanaman perlu dikerudungi agar tidak terkena hujan sore-sore. Daun selada sangat peka terhadap air, dan mudah busuk karena air biasanya membawa benih bakteri dan cendawan.

Perusahaan itu tidak menyiram seladanya dengan air, tetapi membasahi tanahnya saja, agar selada memperoleh air melalui akarnya. Bedengan dilengkapi slang plastik besar yang memanjang di bagian tengahnya, untuk menyalurkan air pembasah tanah. Melalui slang kecil dan tabung emitter (penyebar) yang ditancapkan di dekat tiap-tiap tanaman, air dirembeskan secara merata di seluruh bedengan. Seladanya jadi bebas percikan air.

Karena konsumen menghendaki daun selada yang bebas racun serangga, penanaman dilakukan secara organik. Tanaman tidak disemprot dengan insektisida, dan tidak diberi pupuk kimia anorganik, tetapi pupuk kandang dan air dari kolam kompos.

Bertanam selada yang umurnya pendek ini (1,5 bulan sudah bisa dipanen), membuat karyawan perusahaan sibuk sekali. Selesai dikerahkan untuk menangani hasil panen, segera mereka mulai dikerahkan untuk membibitkan selada baru, dan menyiapkan bedengan bagi acara penanaman berikutnya.

Bedengan yang sudah siap ditanami, tetapi belum ditancapi bibit, dikerudungi lembaran plastik rapat sekali, sehingga suhu panas yang tersekap di bawahnya memanggang tanah. Dengan begitu, benih bakteri, cendawan, dan serangga tanah yang terbawa pupuk kandang jadi mati konyol semua.

Karena daun selada tidak boleh terkena air sama sekali, maka setelah dipotong pada pangkal batangnya, ia cepat-cepat dibersihkan dari bagian-bagiannya yang kotor, rusak, atau cacat (terutama daun bagian bawah), lalu dibungkus plastic wrap. Semuanya dikemas dalam dus karton, yang kemudian diawetkan dengan pendinginan dalam ruang pendingin bersuhu 4oC. Dalam suhu sedingin itu, sisa benih kuman yang masih nebeng tertumpas semua. Namun, daun seladanya tidak mati beku.

Barulah ia bisa diangkut ke kota konsumen dengan truk berpendingin. Selada yang tidak diawetkan dengan pendinginan tidak akan tahan lama disimpan dalam lemari es.

Ongkos produksi memang jadi mahal! Tetapi harga selada organik yang bebas racun serangga itu cukup menggiurkan: Rp 20.000,-/kg (selada keriting) dan Rp 30.000,-/kg (yang varietas merah Lola rosa). Pembelinya para koki hotel-hotel berbintang yang bertaburan di langit Jakarta.

Soalnya, disajikan di hotel itu, menu selada dijual Rp 30.000,- per porsi. Padahal cuma beberapa iris. Toh laku keras karena yang menyantap orang-orang yang sangat mendambakan sayuran sehat. Daun selada terkenal mengandung vitamin C dan beta karoten yang sangat dipercaya mampu menyehat-bugarkan penggemarnya.

Selada pabrik

Kebetulan kaum selada itu tanaman segala musim. Di samping varietas musim semi dan panas, juga ada yang bisa tumbuh di musim gugur dan dingin. Dengan menanam varietas yang sesuai dengan musim, selada di Inggris dan Amerika bisa ditemukan sepanjang tahun. Tetapi masalahnya, ada konsumen berselera tinggi yang tidak mau menyantap selada musim dingin di musim dingin. Maunya selada musim semi, walaupun musimnya sudah dingin. Ini memang masalah orang di daerah empat musim, dan kita di Indonesia tidak ada urusan. Tetapi kita terbelalak juga, ketika pada tahun 1986 Toyo Engineering Corporation dari Jepang menanam selada musim semi pada musim dingin. Menanamnya dalam "pabrik" sayuran di Kota Kushiro, Hokkaido (pulau Jepang paling utara).

Disebut pabrik karena tempatnya bukan ladang pertanian di udara terbuka, tetapi gedung beratap yang tertutup seperti pabrik. Udara di dalamnya diatur agar tetap hangat, meskipun udara di luar sudah dingin membeku. Selada ditanam secara hidroponik, tanpa tanah, dalam bak berisi larutan zat makanan. Sinar matahari untuk fotosintesis diganti dengan cahaya lampu. Sedangkan CO2, kelembapan udara, suhu, dan larutan zat makanan diatur kadarnya dengan komputer agar semuanya cukup dan nyaman.

Untuk menciptakan angin, dipasang sejumlah kipas yang embusannya cukup kuat untuk membuat daun selada bergoyang. Ini perlu karena daun selada yang bergoyang selama tumbuhnya terasa lebih gurih (setelah dipanen), daripada yang diam lola-lolo dalam ruangan pengap.

Penjelasan ilmiah (bagaimana duduknya perkara) belum ada, tetapi faktanya di pabrik selada ada.

Dengan adanya pabrik selada itu, penduduk Hokkaido tidak perlu mendatangkan selada lagi dari pulau lain di selatan, pada musim salju yang sulit angkutan darat dan lautnya.

Selada aeroponik

Pada tahun 1995, selada singapura naik pangkat menjadi selada aeroponik. Ditanamnya tidak di ladang atau dalam "pabrik", tetapi di udara. Ini bukan olok-olok, tetapi memang tanaman dibiarkan menggantung (akarnya) di udara (ingat Intisari April 1993).

Bibitnya ditancapkan di lubang tanam pada papan styrofoam, lalu papan ini ditutupkan di atas bak dari plastik fiberglass yang kosong melompong. Akar tanaman yang tumbuh di bagian bawah styrofoam menggantung di udara dalam ruangan bak ini.

Sebelumnya, bibit selada dikecambahkan dulu di persemaian berupa lempengan sepon dakron yang sudah terbagi-bagi menjadi potongan kecil. Ukurannya pas dengan lubang tanam pada papan styrofoam. Ketika bibit sudah menjadi kecambah berdaun empat, ia dipindah-tancapkan bersama potongan seponnya dalam lubang tanam styrofoam.

Akar selada yang bergelantungan di udara di bawah styrofoam itu disemprot langsung dengan larutan zat makanan dari pipa di dasar bak, melalui alat penyemprot halus, sampai yang keluar berupa kabut. Ada sakelar berhubungan dengan timer, yang membuka keran penyemprot setiap dua menit sekali. Setiap kali sesudah lewat lima detik, keran menutup semprotan secara otomatis.

Perusahaan Aero Green membangun instalasi aeroponik semacam itu di seberang Sungai Buloh Nature Park, Kranji, Singapura. Amazing Farm membangun instalasi serupa di Lembang, pada 1999. Deretan bak plastik fiberglass dibangun di bawah atap rumah plastik, yang dindingnya berupa kain kasa nyamuk nilon. Hama serangga dari luar tidak mungkin masuk ke kebun aeroponik, sehingga tanaman tidak perlu disemprot racun serangga.

Karena zat makanan yang diberikan diramu dengan kadar optimal, selada tumbuh pesat. Dalam satu bulan saja sudah bongsor dan dapat dipanen. Panennya unik sekali. Di atas "ladang" styrofoam dipasang mesin pemotong listrik yang dapat memangkas selada dengan rapi sekali tepat di pangkal batangnya. Pekerja yang tangannya sudah dicuci bersih, kemudian tinggal mengumpulkan selada yang sudah bergelimpangan di atas papan styrofoam itu.

Selada yang dihasilkan jelas bersih, bebas racun, dan bebas kuman penyakit, sehingga menenteramkan hati para penggemarnya, walaupun dimakan mentah. Tidak dicuci juga tidak masalah karena ditanggung tidak akan bikin sakit perut! (Slamet Soeseno)

Sumber : http://www.indomedia.com/intisari/2000/nov/flona-11.htm


Saturday, June 7, 2008

Bila Pria Lajang Menyukai Taman

Tabloid Rumah
Di halaman depan, tanahnya dilapisi rumput peking dan ada lebih dari 10 macam tanaman, kebanyakan tanaman hias daun berukuran kecil-kecil.

Senin, 2 Juni 2008 | 08:05 WIB

Jamaknya, orang lebih memilih ruangan daripada halaman. Maksudnya, kalau membangun rumah, diupayakan rumah dibangun sebesar mungkin, sehingga didapat ruangan sebanyak mungkin, dan halaman disisakan sesedikit mungkin. Ini biasanya berlaku bagi orang yang memiliki rumah kecil. Bahkan mungkin, kalau tidak ada peraturan GSB (garis sempadan bangunan), rumah akan dibangun sepenuhan lahan yang ada.

Tapi tidak begitu dengan Yudiana (32). Laki-laki yang yang masih melajang ini justru rela “mengecilkan” bangunan demi mendapatkan halaman yang luas. Halaman depan dan halaman belakang dibiarkan tetap luas. Lalu diapakan halaman ini?

Taman Depan
Halaman ini oleh Yudi dijadikan media untuk mencurahkan hobinya akan tanaman. Sekalipun tidak terlalu luas, penataan yang rapi membuat taman ini tampak molek dan asri. Ini memberikan nilai tambah bagi rumah mungil ini, sehingga ia terlihat berbeda dari rumah-rumah sebelahnya.

Di halaman depan, tanahnya dilapisi rumput peking dan ada lebih dari 10 macam tanaman, kebanyakan tanaman hias daun berukuran kecil-kecil. Ada lidah mertua, jengger ayam, ekor tupai, dan beberapa jenis bayem-bayeman. Sebagai “monumen”-nya digunakan palm botol dan cemara udang. Tanaman yang tinggi diletakkan di tengah, sementara tanaman yang lebih rendah dibuat mengelilingi bagian tepi taman. Sebuah lampu sorot diletakkan di tengah taman, menembak ke arah bangunan rumah. Cuma sayang, karena kami memotret pada siang hari, efek lampu sorot ini tidak terlihat.

Berbeda dengan taman depan, taman belakang tidak dilapisi rumput, melainkan diberi perkerasan batu kecil-kecil.

Menyiasati Ruang
Karena taman di bagian depan dan belakang cukup luas, bangunan terpaksa mengalah. Kemudian pertanyaannya, bagaimana menyiasati pembagian ruang di rumah mungil ini, agar tetap nyaman. Inilah ruang-ruang yang tersedia.

Pertama, terasnya dibuat kecil saja, tanpa ada benda apapun yang diletakkan di sana. Sekalipun kecil, teras ini dimanfaatkan oleh Yudi untuk menempatkan aksen rumah. Kolom teras ini dilapisi batu kali yang dipasang dengan cara nat-dalam (nat tidak terlihat dari luar), dan diberi coating yang memberi warna lebih gelap. Kolom batu ini memberi sentuhan natural pada rumah ini.

Kedua, ruang tamu diletakkan menerus dengan ruang keluarga. Tapi sekalipun dua ruang ini menerus, peletakan perangkat sofa dan rak TV membuat batas ruang keluarga terlihat jelas, tanpa perlu adanya penyekat.

Ketiga, dapur diletakkan di sebelah ruang tamu, tapi dengan penyekat berupa dinding setinggi kira-kira 80 cm—90 cm. Pemisah ini berguna untuk menyembunyikan benda-benda dapur yang kadang-kadang tidak indah dipandang. Tapi karena tingginya tidak sampai 1 meter, pandangan dari ruang tamu ke dapur tidak terhalang.

Keempat, kamar tidur utama diletakkan di depan, bersebelahan dengan ruang tamu. Kamar tidur ini, menurut Yudi, dibuat dengan ukuran yang disesuaikan kebutuhan. Jadi sebelum membuat denah, Yudi sudah menghitung barang apa saja yang nantinya akan diletakkan di kamar ini, dan berapa ukuran barang-barang tersebut. Perencanaan yang sangat cerdas!

Kelima, ruang makan ditiadakan. Mengingat ukuran rumah ini cukup mungil, dan hanya ditinggali oleh satu orang, Yudi memilih untuk “membuang” ruang makan. Makan sehari-hari bisa dilakukan di sofa di depan TV. Dengan demikian rumah ini jadi tidak terlalu sempit. Nantinya, bila dibutuhkan, ruang makan bisa diletakkan di halaman belakang. Mungkin sebuah pintu kaca lipat bisa membuat ruang makan ini seolah-olah menyatu dengan bagian dalam rumah.

(dek)
dikutip dari :http://www.kompas.com/read/xml/2008/06/02/08050074/bila.pria.lajang.menyukai.taman.


Saturday, May 24, 2008

Sesawi

Tanaman ini hidup di Israel dan dapat mencapai tinggi sampai 4-5 meter di tanah yang baik, normalnya biasanya sekitar 1,2 meter. Sesawi termasuk dalam jenis tanaman sayuran. Biji sesawi merupakan biji yang paling kecil dari semua benih yang digambar-kan di dalam Alkitab.

Sesawi (brassica nigra, Latin | sinapsis, Yunani) merupakan tanaman penting di Israel, tumbuh sebagai tanaman yang beraroma dan bijinya berminyak, biasanya dibuat rempah-rempah dalam bentuk bubuk atau bisa dibuat dalam bentuk pasta / adonan kental. Sedangkan untuk daun yang hijau dapat dimakan sebagai sayuran.

Beberapa ahli mengatakan biji sesawi hitam biasanya diolah menjadi minyak yang dipakai untuk keperluan masak memasak. Tanaman pohon sesawi yang besar menjadi kesukaan dan sering dikunjungi oleh burung-burung kecil.
Klasifikasi

Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub-kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Familia : Brassicaceae (suku sawi-sawian)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica nigra (L.) W.D.J. Koch

Kerabat dekat:
Sawi putih, Sawi daging, Kol rabi, Brokoli, Kubis, Kembang kol, Sawi hijau, Rutabaga, Kol rabi, Kol tunas, Kol keriting

Sumber :
http://www.plantamor.com/spcdtail.php?recid=1913&popname=Sesawi%20hitam
http://www.gkjtp.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=68




Friday, May 16, 2008

Kembali ke Sayuran Organik

by : Luther Sembiring

SAYUR organik kini banyak dicari. Keinginan masyarakat mengonsumsi back to nature (kembali ke alam) menjadikan produk bebas pestisida ini diminati masyarakat. Sayangnya, saat ini baru bisa dilihat di supermarket tertentu dengan harga relatif mahal.

Pada pameran sayuran organik di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Selasa(4/3), sayuran dan buah-buahan kategori ini dijual sekitar Rp5.000 per 200 gram hingga Rp15.000 per 300 gram.

Sayur jenis white pachcoy aeroponic, kailan aeroponic, butterhead aeroponic, lollorosa aeroponic, dan kangkung misalnya dijual Rp5.000 per kemasan 250 gram. Tomat kuning dipatok Rp10.000 per kg, dan tomat unik Rp15.000 per 300 gram.

Erwin Dali, marketing PT Kebun Sayur Segar, mengatakan, sayuran organik dipasarkan di supermarket. ''Biasanya pembeli hanya orang-orang di kota seperti Jakarta,'' katanya.

Selain beredar di supermarket, masyarakat penggemar sayuran nonpestisida ini dapat memburu di kawasan pertanian di Parung, Bogor, Jawa Barat. Di kawasan ini memang dikenal sebagai area tanam sayur organik kalangan orang berduit dari Jakarta.

Sayur, ditanam pada tempat seperti kolam. Dengan mesin pompa, pupuk cair diedarkan ke setiap petakan kolam yang ditumbuhi bibit sayuran. Areal tanaman ini ditutupi terpal guna melindungi tanaman dari cuaca panas, hujan, hama atau wereng hingga tidak perlu menggunakan pestisida.

Benih sayuran terlebih dulu disemai sebelum diletakkan pada kolam yang sudah diberi pengambangan. Tanaman sayur akan mengambang di air dan tumbuh subur. Buah tomat diletakkan di kantung plastik (polyback) yang diberi jerami lapuk.

Dia mengatakan, buah tomat hydroponic organic dapat dipanen dalam waktu dua bulan. Tanaman produktif berbuah selama empat bulan ke depan. Untuk sayur-sayuran, waktu panen setelah 40 hari masa tanam. Luther Kembaren

sumber : http://jurnalnasional.com/?med=Koran%20Harian&sec=Ekonomi%20Mikro/Sektor%20Riil&rbrk=&id=38844&postdate=2008-03-06&detail=Ekonomi%20Mikro/Sektor%20Riil