Friday, February 22, 2008

LIPI Merakit Padi Transgenik Tahan Kekeringan

Jakarta (ANTARA News) - Pusat Penelitian (Puslit) Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berhasil merakit padi melalui rekayasa genetika yang menghasilkan benih padi tahan kondisi kekeringan, sehingga bisa ditanam di kawasan minim air.

"Kami telah melakukannya dengan over ekspresi gen penyandi faktor transkripsi OsHOX," kata Kepala LIPI, Prof DR Umar Anggara Jenie, di Jakarta, Selasa.

Gen tersebut, urainya, memiliki peran dalam ketahanan terhadap cekaman kekeringan dan sudah dicobakan di tanaman pada model Arabidopsis thaliana.

Saat ini, lanjut dia, sedang dilakukan penelitian tahap awal pada fasilitas uji terbatas atau rumah kaca dan akan dilanjutkan dengan uji keamanan lingkungan, uji keamanan pangan dan uji multilokasi.

Selain itu, LIPI juga telah merakit varietas padi secara transgenik yang tahan terhadap serangan hama penggerek batang dan telah berlangsung hingga generasi keempat pada 2003-2007, ujarnya.

"Padi transgenik tersebut lebih tahan terhadap serangan hama penyakit penggerek batang kuning 10 kali varietas Rojolele, Ciherang dan Cilosari," katanya.

Dari hasil uji lapangan dapat diperoleh kesimpulan sementara bahwa tanaman transgenik yang dirakit tak merusak ekologi lingkungan dalam arti tidak ada penyebaran gen ke tanaman lain serta tidak ada pengaruh terhadap serangga lain dan mikroba tanah, ujarnya.

LIPI juga telah menghasilkan padi transgenik tahan serangan jamur Blast dan akan dilakukan pengujian pada fasilitas rumah kaca.

Ketahanan terhadap Blast itu, urainya, ditingkatkan dengan cara meningkatkan kandungan asam salisilat dalam tanaman padi melalui rekayasa genetika padi dengan gen penyandi biosintesa asam salisilat.

"Bioassai terhadap M Grisea strain 173 yang merupakan cendawan penyebab penyakit blast telah dilakukan sampai generasi ke-4 dan menunjukkan peningkatan ketahanan beberapa genotip tanaman transgenik terhadap serangan blast pada beberapa fase pertumbuhan," katanya.

Seluruh riset padi transgenik ditegaskannya, akan diuji keamanan lingkungannya, diuji keamanan pangannya dan diuji secara multilokasi. (*)

COPYRIGHT © 2008

dari situs : http://www.antara.co.id/arc/2008/2/12/lipi-merakit-padi-transgenik-tahan-kekeringan/

1 comment:

omyosa said...

MARI KITA BUAT PETANI TERSENYUM KETIKA DATANG PANEN

Petani kita sudah terlanjur memiliki mainset bahwa untuk menghasilkan produk pertanian berarti harus gunakan pupuk dan pestisida kimia. NPK yang terdiri dari Urea, TSP dan KCL serta pestisida kimia pengendali hama sudah merupakan kebutuhan rutin para petani kita.
Produk ini dikenalkan sejak tahun 1969 oleh pemerintah saat itu, karena berdasarkan penelitin tanah kita yang sangat subur ini ternyata kekurangan unsur hara makro (NPK). Setelah +/- 5 tahun dikenalkan dan terlihat peningkatan hasilnya, maka barulah para petani mengikuti cara tanam yang dianjurkan tersebut. Hasil pertanian mencapai puncaknya pada tahun 1985-an. Saat itu Indonesia swasembada pangan.
Petani kita selanjutnya secara fanatis dan turun temurun beranggapan bahwa yang meningkatkan produksi pertanian mereka adalah Urea, TSP dan KCL, mereka lupa bahwa tanah kita juga butuh unsur hara mikro yang pada umumnya terdapat dalam pupuk kandang atau pupuk hijau, sementara yang ditambahkan pada setiap awal musim tanam adalah unsur hara makro NPK dan pengendali hama kimia saja.
Mereka para petani juga lupa, bahwa penggunaan pupuk dan pengendali hama kimia yang tidak bijaksana dan tidak terkendali, sangat merusak lingkungan dan terutama tanah pertanian mereka semakin tidak subur, semakin keras dan hasilnya dari tahun ketahun terus menurun.
Tawaran solusi terbaik untuk para petani Indonesia agar mereka bisa tersenyum ketika panen, maka tidak ada jalan lain, perbaiki sistem pertanian mereka, ubah cara bertani mereka, mari kita kembali kealam.
System of Rice Intensification (SRI) pada tanaman padi yang digencarkan oleh SBY adalah cara bertani yang ramah lingkungan, menghasilkan produk yang terbebas dari unsur-unsur kimia berbahaya, kuantitas dan kualitas hasil juga lebih baik, belum mendapat respon positif dari para petani kita. Mungkin ini walaupun hasilnya sangat menjanjikan, tetapi sangat merepotkan petani dalam teknis budidayanya.
Petani kita sudah terlanjur termanjakan oleh system olah lahan yang praktis dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia, sehingga sangat berat menerima metoda SRI ini. Mungkin tunggu 5 tahun lagi setelah melihat petani tetangganya berhasil menerapkan pola tersebut.
Atau mungkin solusi yang lebih praktis ini dapat diterima oleh para petani kita; yaitu “BERTANI SISTEM GABUNGAN POLA SRI DIPADUKAN DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK NASA”. Cara gabungan ini hasilnya tetap ORGANIK yang ramah lingkungan seperti yang dikehendaki oleh pola SRI, tetapi cara pengolahan lahan/tanah lebih praktis, dan hasilnya bisa meningkat 60% — 200% dibanding pola tanam sekarang.
Semoga petani kita bisa tersenyum ketika datang musim panen.

AYOOO PARA PETANI DAN SIAPA SAJA YANG PEDULI PETANI.
SIAPA YANG AKAN MEMULAI?
KALAU TIDAK KITA SIAPA LAGI?
KALAU BUKAN SEKARANG KAPAN LAGI?

GUNAKAN PUPUK DAN PENGENDALI HAMA ORGANIK NASA UNTUK TANAM PADI DAN BERBAGAI KOMODITI. HASILNYA TETAP ORGANIK.

KUALITAS DAN KUANTITAS SERTA PENGHASILAN PETANI MENINGKAT, RAKYAT MENJADI SEHAT, NEGARA MENJADI KUAT.

Omyosa - Jakarta, 08159927152
papa_260001527@yahoo.co.id