Friday, February 1, 2008

Pesona Sansevieria Mini

Pesona Sansevieria Mini
Dari Negeri Jiran hingga Negeri Sendiri
Oleh trubuson
Sabtu, 01 Desember 2007 16:12:13



Inilah legenda karya Jonathan Swift! Di tepi pantai, Gulliver, dokter muda asal Inggris, tergolek pingsan. Ia terdampar setelah kapal layarnya karam dihantam gelombang. Betapa terkejutnya Gulliver kala tersadar. Seluruh tubuh terikat. Ratusan prajurit mini-seukuran 6 inci setara 15 cm-mengelilingi dengan senjata terhunus. Kisah di negeri liliput itu begitu populer ke penjuru negeri. Namun, di Penang, Malaysia, bukan prajurit mini yang terkenal. Di sana, sansevieria mini seukuran 5-15 cm mulai populer.

Pantas sansevieria mini digandrungi hobiis Malaysia. 'Sosoknya imut. Itu menjadi daya tarik buat hobiis pemula,' kata Tham Peng Hooi, pemilik Xiang Fook Garden. Pada Pameran Bunga di Taman Botani Pulau Penang misalnya. Trubus melihat sebagian besar gadis dan ibu rumahtangga yang keluar dari stan Xiang Fook menenteng jinjingan berisi si liliput. Padahal, lidah jin-sebutan sansevieria di negeri jiran-itu dibandrol dengan harga tinggi.

Sebut saja sansevieria dari keluarga trifasciata. Ia dibandrol dengan harga rata-rata RM28 setara Rp70.000. Bandingkan dengan sansevieria serupa yang bersosok biasa, harganya hanya Rp15.000-Rp20.000. 'Bila tak dibuat mini, jarang dilirik. Dianggap tanaman biasa,' ujar Tham. Menurutnya, ide membuat sansevieria mini berasal dari ayahnya, Tham Hok Cheng. Tham senior 'mengerdilkan' sansevieria agar tanaman itu bisa diletakkan di atas meja: di samping komputer atau di dekat asbak.

Ketika itu 2 tahun silam, keluarga Tham mendapat informasi sansevieria bermanfaat bagi lingkungan. 'Kabarnya dia (sansevieria, red) antipolusi dan antiradiasi. Bukankah cocok diletakkan di meja perokok dan pegawai yang selalu di depan komputer?' tanya Tham senior. Lidah naga-sebutannya di China-pun dibuat mini dengan cara sederhana. Rimpang atau anakan sansevieria yang baru muncul ditanam di pot mini berdiameter 8-12 cm dengan media cocopeat murni. Pertumbuhan sansevieria pun terhambat karena media miskin hara.

Dosis rendah

Menurut Tham, agar kehidupan si mini tetap berjalan, setiap minggu disiram dan disemprot pupuk daun dosis rendah. Sebutan takaran rendah itu mengacu pada dosis kemasan. 'Sekitar 1/2-1/4 dari dosis yang tertera. Jenis pupuk apa pun bisa digunakan,' ujar Tham. Inovasi ayah dan anak itu tak berhenti sampai di situ. Untuk mendongkrak harga Tham menanam sansevieria mini berdekatan dengan boneka-mini di sebuah pot sedang, berdiameter 20 cm. Tampilan lidah mertua itu menjadi cantik, mirip taman mini. Harga pun melambung menjadi RM68 setara Rp170.000.

Kreasi dari negeri jiran itu mengingatkan pada sansevieria koleksi A Gembong Kartiko di Batu, Jawa Timur. Sejak 1,5 tahun silam ia 'membonsai' sansevieria mini untuk mengangkat pamor si lidah naga (baca: Lidah Jin Kecil Itu Indah, Trubus Mei 2007). Gembong juga menggunakan media minim hara meski berbeda. Ia memakai 100% sekam bakar atau pasir malang, sekam mentah, dan sekam bakar dengan komposisi 2:1:1. Pengrajin gerabah itu mencetak sansevieria mini untuk memuaskan hobiis sansevieria Jawa Timur yang umumnya berlatar belakang bonsai.

Menurut Gembong tren sansevieria mini di Malaysia membuktikan lidah naga kerdil memang cocok untuk hobiis, mulai dari pemula hingga kolektor. 'Itu sebuah bukti, sansevieria tanaman bandel. Ia bisa tumbuh di media apa pun, mulai cocopeat, mosh, sekam, hingga pasir murni,' tutur Gembong. Bahkan, menurut Agus Mulyadi, pemilik nurseri Griya Disp, Solo, sansevieria mini bagaikan sebuah lokomotif. Ia menjadi pintu masuk hobiis pemula untuk menyukai lidah mertua. Ia membuktikan dalam sebuah sosialisasi sansevieria 3 bulan silam, sebanyak 200 pot lidah mertua mini, ludes diserbu pemula.

Pasir laut

Nun di Yogyakarta, ada juga Yoe Kok Siong, yang membuat sansevieria mini dengan cara tak lazim. Pemilik nurseri Kaliurang Garden Center itu menumbuhkan sansevieria dari kelompok trifasciata di media pasir laut. Semuanya berawal dari kebetulan belaka. Ketika itu setahun silam, ia mengambil pasir laut untuk dihamparkan di taman. Tak disangka, sansevieria yang terkena pasir laut tumbuh bagus. Padahal, sebelumnya lidah mertua itu terabaikan lantaran membusuk di pot dengan media biasa-campuran tanah, kompos, dan sekam.

Ia pun memindahkan sepot lidah naga ke dalam pot kecil dengan media pasir laut murni. 'Pasir cukup dijemur sampai kering, baru dipakai sebagai media,' katanya. Benar saja, sang lidah jin tumbuh prima meski berukuran mini. Pengusaha jamu itu lalu meletakkannya di atas meja selama berbulan-bulan tanpa penyiraman. Menurut Yoe, sansevieria tetap mendapat pasokan air karena kelembapan Kaliurang tinggi. Diduga pasir laut mampu menyerap butiran air dari udara. Sementara sosok mini terjadi karena ukuran pot kecil, sehingga pergerakan akar dan daun terhambat. Media itu berhasil menumbuhkan sansevieria mini sebanyak 400 pot.

Menurut Lanny Lingga, praktisi tanaman hias di Bogor, sebetulnya sansevieria tak menyukai media dengan elektrokonduktivitas (tingkat penghantaran listrik yang dipengaruhi jumlah kation dan anion, red) tinggi dan suasana basa. Kemungkinan besar pasir pantai memiliki elektrokonduktivitas tinggi dan suasana basa karena tingginya kadar garam, 'Bila yang digunakan pasir pantai, kadar garam tinggi, karena terjadi proses pengendapan garam. Lidah mertua bisa keracunan garam dan busuk karena bakteri. Soalnya, bakteri menyukai suasana basa,' tutur Lanny.

Namun, bukan berarti pasir laut tak bisa digunakan. 'Saat ini banyak pasir laut yang dipakai sebagai media. Ia bukan pasir dari tepi pantai, tapi diambil dari tengah laut dengan cara membor,' kata Lanny. Yang disebut terakhir memang cocok digunakan sebagai media sansevieria maupun tanaman lain. Pasalnya, ia tak mengandung kadar garam yang tinggi dan pH netral.

Tertarik membuat sansevieria mini? 'Coba saja dengan media apa pun. Prinsipnya, minimkan hara dan tanam di pot kecil,' kata Gembong. Si kerdil pun tak hanya dinikmati di negeri liliput. Menurut Yoe, kecantikan si mungil bisa dinikmati di atas meja, bahkan di samping komputer, di ruang kerja. (Destika Cahyana/Peliput: Nesia Artdiyasa)



Berita Tanaman hias Lainnya
. Duel 2 Buaya di Kota Buaya
. Di Kerinci Seblat Ada Kepala Ular
. Iprik 'Telanjang' Gegerkan Bumi Sriwijaya
. Bandung Orchids Festival 2007
Pesona Dendrobium Tanatoraja

. Polesan Secantik
Mung Mee Srisuk

. Yang Kaya Mendadak
dari Anthurium

. Taruhan Nyawa
Datangkan Arabicum Yaman

. Semarang Adenium Contest
Geliat Adenium di Kota Lumpia

. Pesona Belang Negeri Siam
. Nepenthes maxima
Dari Celebes Mendunia

No comments: